Ilustrasi (Shutterstock.com)
Reporter : Eko
Masyarakat lebih memilih menjadi pengangguran ketimbang membanting tulang mencari uang.
Dream - Banyak negara memberikan bantuan kepada rakyatnya karena pandemi Covid-19. Jenisnya beragam, mulai bantuan modal hingga uang tunai. Namun, semua bantuan itu punya sisi negatif, salah satunya masyarakat berhenti bekerja dan mengandalkan bantuan dari pemerintah.
Fenomena itu disebut terjadi di Amerika Serikat. Masyarakat Paman Sam lebih memilih menjadi pengangguran ketimbang membanting tulang mencari uang. Sehingga akibatnya lapangan pekerjaan membludak.
"Job openings and Labor Turnover Survey Departemen Tenaga Kerja menyebut lowongan pekerjaan melampaui jumlah pengangguran. Lebih dari 2 juta pada Juli," ujar Direktur Equator Swarna Investama, Hans Kwee, dikutip dari merdeka.com, Jumat 29 Oktober 2021.
Menurut Hans, banyak rumah makan di AS saat ini kekurangan tenaga kerja. Sehingga antrean pelanggan mengular karena tidak punya cukup pelayan.
"Terjadi disfungsi pasar tenaga kerja Amerika Serikat di tengah pandemi. Ada teman cerita yang balik dari Amerika Serikat, kalau makan di restoran tempat ada tapi lama kita nunggu. Kenapa? yang melayani nggak ada," katanya.
Salah satu penyebab minimnya kemauan bekerja, tambah dia, adalah kebijakan pemberian bantuan. Sejak pandemi, pemerintah menggenjot pemberian bantuan untuk menopang kehidupan masyarakat.
"Artinya orang di Amerika nggak mau kerja. Jadi dia lebih baik dirumah terima jobless, banyak terima bantuan. Awal pandemi USD1.200 lalu USD600 zaman Trump. Lalu Biden USD1.400 jadi terima uang terima terus. Jadi tidak perlu kerja," tutur dia.
Saat ini, pekerja dan pemberi kerja sedang bernegosiasi agar upah yang diterima tidak lebih kecil dibanding bantuan yang diberikan pemerintah. "Mereka lagi bernegosiasi gaji lebih tinggi baru mau kerja. Ini yang menyebabkan pasar tenaga kerja, lapangan kerja banyak, yang kerja nggak ada," ujar dia.
0 Komentar