Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Skenario 'SPBU Luar Angkasa', Sampah Antariksa Bakal Didaur Ulang Jadi Bahan Bakar Roket - Tribunnews

 

Skenario 'SPBU Luar Angkasa', Sampah Antariksa Bakal Didaur Ulang Jadi Bahan Bakar Roket - Halaman all

Foto handout ini diambil dan dirilis pada 5 Oktober 2021 oleh Badan Antariksa Rusia Roscosmos menunjukkan pesawat ruang angkasa Soyuz MS-19 Rusia meluncur ke ISS dari landasan peluncuran di kosmodrom Baikonur yang disewa Rusia di Kazakhstan. - Rusia pada 5 Oktober 2021 akan meluncurkan seorang aktris dan sutradara film ke luar angkasa dalam upaya untuk menjadikan Amerika Serikat sebagai film pertama yang mengorbit. (Photo by Handout / Russian Space Agency Roscosmos / AFP)
Foto handout ini diambil dan dirilis pada 5 Oktober 2021 oleh Badan Antariksa Rusia Roscosmos menunjukkan pesawat ruang angkasa Soyuz MS-19 Rusia meluncur ke ISS dari landasan peluncuran di kosmodrom Baikonur yang disewa Rusia di Kazakhstan. - Rusia pada 5 Oktober 2021 akan meluncurkan seorang aktris dan sutradara film ke luar angkasa dalam upaya untuk menjadikan Amerika Serikat sebagai film pertama yang mengorbit. (Photo by Handout / Russian Space Agency Roscosmos / AFP)

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah perusahaan di Australia mengembangkan teknologi daur ulang sampah antariksa yang berbahaya menjadi bahan bakar roket di luar angkasa.

Orbit kian lama tersumbat dengan banyaknya puing-puing pesawat luar angkasa yang sudah tua.

Satelit mati dan partikel roket yang meluncur dengan kecepatan hingga 28.000 kilometer per-jam dapat menimbulkan ancaman bagi satelit komunikasi dan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Dalam kecepatan itu, sekrup kecil atau noda cat bisa menyebabkan risiko kerusakan bagi fasilitas seperti ISS atau roket yang ada manusia di dalamnya.

Akhir pekan lalu, Rusia menembakkan rudal dan menghancurkan salah satu satelitnya sendiri.

Pengrusakan itu menyebabkan puing-puing beterbangan di luar angkasa.

Hal ini dikecam Amerika Serikat dan menyebut tindakan Rusia mengancam kepentingan semua negara.

Skenario terburuk yang dapat terjadi akibat ulah Rusia adalah Sindrom Kessler atau efek Kessler.

Menurut paparan Wikipedia, Sindrom Kessler adalah skenario ketika kepadatan objek di orbit bumi rendah (LEO) begitu tinggi sampai-sampai tabrakan antar-objek bisa memunculkan kaskade, yaitu setiap tabrakan menghasilkan serpihan angkasa yang meningkatkan kemungkinan adanya tabrakan lain.

Persebaran serpihan di orbit itu bisa membuat misi luar angkasa hingga pemakaian satelit mustahil dilakukan selama beberapa generasi umat manusia.

Dilansir The Guardian, perusahaan di Australia Selatan bernama Neumann Space telah mengembangkan "sistem propulsi listrik di luar angkasa" yang dapat digunakan di orbit rendah Bumi untuk memperluas misi pesawat ruang angkasa, memindahkan satelit, atau mengorbitnya. 

Sekarang, Neumann sedang mengerjakan rencana dengan tiga perusahaan lain untuk mengubah sampah luar angkasa menjadi bahan bakar untuk sistem propulsi itu.

Perusahaan rintisan Jepang, Astroscale telah mendemonstrasikan bagaimana cara menggunakan satelit untuk menangkap serpihan puing di luar angkasa.

Roket SpaceX Falcon 9 membawa pesawat ruang angkasa Crew Dragon ke Stasiun Luar Angkasa Internasional, Rabu, 10 November 2021 (AFP)

Sementara itu, Nanorocks di AS, sedang mengerjakan rencana robotika canggih untuk menyimpan dan memotong puing-puing itu saat masih di orbit.

Perusahaan AS lainnya, Cislunar, sedang mengembangkan pengecoran luar angkasa untuk melelehkan puing-puing menjadi batang logam.

Adapun sistem propulsi Neumann Space dapat menggunakan batang logam tersebut sebagai bahan bakar, dimana sistem mereka mengionisasi logam yang kemudian menciptakan daya dorong untuk memindahkan objek di sekitar orbit.

Setelah objek dikirim ke orbit, mereka bisa berada di sana selamanya kecuali melayang keluar dari orbit (de-orbit) dan terbakar di atmosfer bumi (atau kadang-kadang menabrak permukaan bumi).

Di saat penumpukan sampah antariksa semakin memburuk, berbagai perusahaan atau badan yang berkaitan dengan luar angkasa berusaha mencari solusi.

Peneliti Australia juga sedang mengerjakan masalah ini.

Perusahaan asal Negeri Kanguru, Saber Astronautics memenangkan hibah NASA untuk mengembangkan layar tarik, yang akan diluncurkan dari pesawat ruang angkasa di akhir masa pakainya dan menyeretnya keluar dari orbit.

Sistem Optik Elektro Sydney, bekerja sama dengan University of Canberra, telah mengembangkan teknologi laser yang dapat mendorong sampah menjauh dari potensi tabrakan atau menuju atmosfer.

Mendaur ulang sampah luar angkasa merupakan skenario futuristik, namun Neumann menilai hal ini dapat terwujud.

"Banyak orang membuang uang ke puing-puing. Seringkali untuk membawanya ke atmosfer dan membakarnya. Tetapi jika ada di sana dan Anda dapat menangkapnya dan menggunakannya kembali, masuk akal dari perspektif bisnis, karena Anda tidak mengirimkannya ke sana," kata pejabat Neumann Space, Herve Astier.

"Ini seperti mengembangkan pompa bensin di luar angkasa," tambahnya.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Posting Komentar

0 Komentar