Efek Samping Langka Covid-19: Ereksi Berkepanjangan, Anak Swedia 12 Tahun Mengalaminya - Republika

 

Efek Samping Langka Covid-19: Ereksi Berkepanjangan, Anak Swedia 12 Tahun Mengalaminya

5-6 minutes

Laporan kasus di Swedia mengabarkan anak 12 tahun alami efek samping langka Covid-19.

Ekspresi seorang anak saat menerima suntikan vaksin Covid-19 di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (19/1/2022). Seorang anak berusia 12 tahun di Swedia mengalami ereksi berkepanjangan sebagai efek samping dari Covid-19.

ANTARA/Budi Candra Setya

Ekspresi seorang anak saat menerima suntikan vaksin Covid-19 di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (19/1/2022). Seorang anak berusia 12 tahun di Swedia mengalami ereksi berkepanjangan sebagai efek samping dari Covid-19.

Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kasus yang jarang terjadi, Covid-19 dapat menyebabkan beberapa efek samping yang cukup mengerikan di area bawah laki-laki. Ereksi yang terus-menerus, yang secara medis disebut priapisme, telah terlihat pada beberapa pasien Covid-19.

Ketika tidak ada penyebab lain yang jelas, maka viruslah yang menjadi biang keladinya. Dalam laporan baru yang diterbitkan dalam jurnal Urology, petugas medis di Wina, Austria menggambarkan kasus seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dengan priapisme.

Dilansir The Sun pada Sabtu (29/1), anak laki-laki itu telah mengalami ereksi terus menerus selama lebih dari satu hari pada saat dia sampai di rumah sakit. Kondisi itu menyebabkan dia kesakitan.

Priapismus iskemik, bentuk paling umum dari kondisi ini, adalah akibat dari darah yang tidak dapat keluar dari penis. Jika tidak ditangani, priapisme bisa menyebabkan kematian jaringan atau disfungsi ereksi.

Terhadap anak laki-laki tersebut, dokter sempat menggunakan jarum untuk "menusuk" penisnya dan mengalirkan sebagian darahnya. Namun, langkah itu tidak berhasil dan menjadi terlalu menyakitkan untuk si anak.

Pasien itu kemudian dibius agar bisa dilakukan upaya lain. Meskipun sempat terkendala, penisnya akhirnya menjadi lembek kembali.

Persoalannya, selang 24 jam kemudian, pasien mulai mengalami priapismus berulang. Kali ini, dia tidak mengalami rasa sakit apa pun.

Pemindaian menunjukkan beberapa pembekuan darah di corpora cavernosa, jaringan spons di batang penis yang terisi darah untuk menyebabkan ereksi. Pada akhirnya, para dokter mengatasi masalah itu dengan mengoleskan kompres es dan kompresi pada perineum, yang merupakan area kulit antara alat kelamin dan anus.

Namun, sekali lagi, anak laki-laki itu kembali ke rumah sakit tiga hari kemudian dengan ereksi yang "sepenuhnya kaku dan ngilu" serta rasa sakit yang khas. Setelah merawatnya, pasien dirujuk ke spesialis untuk memastikan tidak memiliki kelainan darah, seperti penyakit sel sabit, yang mungkin berada di balik masalah berulang.

Sejumlah kondisi dikesampingkan. Delapan pekan kemudian, anak itu kembali sehat sepenuhnya.

Dokter mengatakan, bocah itu pertama kali terkena Covid-19 tujuh pekan sebelum kejadian. Anak tersebut kembali memiliki tes positif saat di rumah sakit, yang menunjukkan dia telah tertular lagi.

Tak ada penyebab lain

Dalam laporan kasus, dokter yang merawat menulis bahwa tidak ada penyebab lain yang masuk akal untuk priapisme pasien tersebut selain Covid-19. Sementara itu, kecelakaan sepeda tiga hari sebelum ereksi pertama, dicoret sebagai penyebab setelah penyelidikan. Soalnya, cedera itu tidak berdampak pada panggul.

"Priapisme didefinisikan sebagai ereksi penis yang tidak terkait dengan minat atau rangsangan seksual yang berlangsung lebih dari empat jam. Beberapa kasus priapismus iskemik telah dipublikasikan, kebanyakan dari mereka memengaruhi pasien dengan gejala parah yang memerlukan rawat inap dan masuk ICU," tulis Stephan Brönimann serta rekan di Medical University of Vienna dan tim.

Covid-19 dapat meningkatkan kecenderungan darah untuk menggumpal. Bahkan, ini sering menjadi penyebab kematian, mungkin berada di balik masalah penis yang mengkhawatirkan.

Seorang pria berusia 69 tahun di Ohio, AS mengalami ereksi selama tiga jam karena masalah pembekuan darah di penisnya. Petugas medis melaporkan dalam The American Journal of American Medicine bahwa mereka meyakini Covid-19 telah menyebabkan terbentuknya gumpalan di penisnya, menjebak darah di ruang ereksi.

Dokter akhirnya mengalirkan darah dari penis pasien menggunakan jarum setelah mencoba mengurangi kekakuan dengan kompres es. Pasien yang paru-parunya lemah tersebut meninggal karena Covid-19.

Seorang pria lain berusia 60-an di Prancis harus menjalani prosedur yang sama setelah Covid-19 membuatnya ereksi selama empat jam. Dalam kasus ini, para dokter menyimpulkan priapismus pria itu dipicu oleh Covid-19. Dia selamat dan tidak menderita priapisme sejak keluar dari RS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya