Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Rusia Olok-Olok Diplomasi Inggris, Tidak Bisa Dipercaya dan Sia-Sia - Tempo

 

Rusia Olok-Olok Diplomasi Inggris, Tidak Bisa Dipercaya dan Sia-Sia

Reporter:

Daniel Ahmad

Editor:

Yudono Yanuar

Kamis, 3 Februari 2022 17:36 WIB
Rusia Olok-Olok Diplomasi Inggris, Tidak Bisa Dipercaya dan Sia-Sia
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, berpose dengan bendera di Downing Street menjelang final Euro 2020, 9 Juli 2021. REUTERS/Henry Nicholls

TEMPO.COJakarta - Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, menyampaikan keraguannya terhadap pendekatan diplomatik yang dilakukan oleh pemerintah Inggris. Polyanskiy menyebut Rusia sama sekali tidak percaya dengan Inggris karena rekam jejak dalam beberapa tahun terakhir.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berencana melakukan percakapan telepon dengan Presiden Putin sebagai pembahasan lebih lanjut dalam upaya menemukan solusi diplomatik untuk situasi di perbatasan Ukraina, di mana intelijen AS memperkirakan 130.000 tentara telah berkumpul.

"Selalu ada ruang untuk diplomasi, tetapi terus terang, kami tidak mempercayai diplomasi Inggris. Saya pikir dalam beberapa tahun terakhir diplomasi Inggris telah menunjukkan sia-sia."

"Saya benar-benar tidak ingin menyinggung siapa pun, terutama teman baik saya, diplomat Inggris, tetapi sungguh, hasilnya tidak bisa dibanggakan,” kata Polyanskiy seperti dilansir dari Sky News, Kamis, 3 Februari 2022.

Polyanskiy mengatakan angka yang beredar menunjukkan sebuah situasi yang dilebih-lebihkan pihak Barat. Dia menilai Amerika dan Inggris hanya membuat strategi intelijen klasik supaya timbul efek histeris.

"Sekarang sudah 130.000, saya lihat kenaikan hari ini sangat tinggi, kemarin 100.000. Saya tidak tahu dari mana mereka mengambil angka-angka ini dan kami sama sekali tidak percaya pada data intelijen dari AS dan Inggris."

"Saya pikir ini adalah intelijen yang sama yang mengklaim bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal. Histeria tidak berhenti, itu benar-benar terjadi di kepala politisi Barat dan tidak benar-benar di lapangan."

Belum lama ini, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyatakan kemerdekaan Ukraina tidak bisa ditawar. Dia bahkan bersumpah akan menegakkan kedaulatan Ukraina saat kunjungan ke Kyiv pada Selasa, 1 Februari 2022, sebagai bagian dari upaya diplomatik Barat menghentikan kemungkinan invasi Rusia.

Posting Komentar

0 Komentar