Bos CIA Sebut China Tak Tenang karena Rusia Invasi Ukraina - Tempo

 

Bos CIA Sebut China Tak Tenang karena Rusia Invasi Ukraina

Reporter:

Daniel Ahmad

Editor:

Dewi Rina Cahyani

Rabu, 9 Maret 2022 17:57 WIB
Bos CIA Sebut China Tak Tenang karena Rusia Invasi Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping di Belt and Roadl Forum di Beijing, Cina pada 15 Mei 2019.

TEMPO.COJakarta - Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA), William Burns, memperingatkan bahwa China bisa saja mengambil pelajaran dari operasi khusus Rusia di Ukraina. Berbicara di depan Komite Intelijen Dewan Amerika Serikat pada Selasa, 8 Maret 2022, dia menilik peluang Beijing menerapkan manuver Moskow untuk Taiwan.

"Saya hanya akan mengatakan secara analitis, saya tidak akan meremehkan Presiden Xi dan tekad kepemimpinan China sehubungan dengan Taiwan," kata Burns kepada anggota parlemen federal, dikutip dari Sputnik, Rabu, 9 Maret 2022.

Burns mengaktakan China sedang terkejut, bahkan cenderung tidak tenang dengan apa yang mereka lihat di Ukraina selama 12 hari terakhir. Kekuatan dari reaksi Barat hingga cara Ukraina menentang keras Rusia disebut Burns adalah sebab kerisauan China.

Direktur Intelijen Nasional AS Avril Haines juga mengatakan pada sidang bahwa nampaknya China berpotensi akan terkena akibat saat negara itu memilih untuk tidak mengkritik Rusia.

"Ada dampak pada kalkulus Tiongkok sehubungan dengan Taiwan, dan yang jelas akan terus kami perhatikan dengan cermat," ujar Haines.

Namun, dalam forum tersebut Direktur Badan Intelijen Pertahanan Scott Berrier memperingatkan bahwa Taiwan dan Ukraina adalah dua hal yang sama sekali berbeda.

Beijing punya komitmen untuk reunifikasi dengan Taiwan, tetapi tidak membuat ancaman serangan. China sendiri telah memperingatkan bahwa dukungan AS terhadap faksi-faksi pro-kemerdekaan di pulau itu dapat mendorong mereka untuk mendeklarasikan kemerdekaan formal, yang berarti perang.

Beijing telah menyusun rencana “satu negara, dua sistem” untuk Taiwan jika ingin kembali ke pemerintahan China, mirip dengan hubungan dengan Hong Kong setelah pulau itu dikembalikan ke China, setelah 150 tahun pemerintahan kolonial Inggris.

SPUTNIK

Baca Juga

Komentar