Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Indeks High Dividend 20 Naik Paling Tinggi, Berikut Saham yang Jadi Pemberatnya - Kontan

 

Indeks High Dividend 20 Naik Paling Tinggi, Berikut Saham yang Jadi Pemberatnya

Selasa, 08 Maret 2022 | 20:20 WIB   Reporter: Nur Qolbi
Indeks High Dividend 20 Naik Paling Tinggi, Berikut Saham yang Jadi Pemberatnya

ILUSTRASI. Indeks High Dividend 20 mencatatkan kenaikan tertinggi dibanding indeks lain yang dibuat Bursa Efek Indonesia (BEI).

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks High Dividend 20 mencatatkan kenaikan tertinggi dibanding indeks lain yang dibuat Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai selama tiga tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi ini meningkat 8,75% year to date (ytd) sampai dengan Selasa (8/3).

Sebanyak 11 dari 20 saham anggota indeks ini tercatat naik, didominasi saham-saham energi, telekomunikasi, dan perbankan. Lima saham dengan peningkatan tertinggi adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) +28,41% ytd, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) +26,22%, PT Elnusa Tbk (ELSA) +18,11%. Lalu, PT Timah Tbk (TINS) +16,49%, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) +14,36% ytd. Enam saham lainnya mencatatkan kenaikan yang berkisar antara 2%-12,59% ytd.

Sementara itu, saham-saham yang menjadi pemberat indeks ini banyak berasal dari sektor konstruksi. Sebut saja PT PP (Persero) Tbk (PTPP) yang turun 8,08% ytd, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) -14,48%, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) -17, 32%, dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) -20,11% ytd.

Ada juga PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) yang tercatat minus 12,60% ytd, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) -12,07%, dan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) -16,13% ytd.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya menilai, penurunan harga saham-saham tersebut disebabkan oleh sikap pelaku pasar yang sedang fokus menggandrungi saham-saham berbasis komoditas. Terlebih lagi, sentimen untuk saham konstruksi dan yang sehubungan dengan itu sedang kurang bagus.

"Ada kekhawatiran terkait dengan potensi kenaikan suku bunga acuan. Sebagaimana diketahui, kenaikan suku bunga acuan akan menambah beban utang emiten konstruksi," kata Cheryl saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (8/3).

Meskipun begitu, dalam jangka pendek, Cheryl melihat saham-saham konstruksi berpotensi menguat seiring dengan kenaikan pada sektor properti. Pasalnya, secara historis, sektor konstruksi biasanya bergerak seirama dengan sektor properti.

Menurut Cheryl, kenaikan saham sektor properti didorong oleh perolehan laba bersih emiten properti yang memuaskan. "Saham properti juga akan mendapat sentimen positif dari kenaikan harga komoditas. Seperti diketahui, Indonesia adalah negara penghasil komoditas energi sehinga keuntungan masyarakat dari sektor komoditas umumnya akan dibelanjakan untuk sektor properti," tutur Cheryl.

Cheryl menilai, saham PTPP dan JSMR masih tergolong menarik untuk trading jangka pendek dengan potensi kenaikan harga 5%-10%. Pada perdagangan Selasa (8/3), saham PTPP ditutup di level Rp 910 per saham dan JSMR Rp 3.400 per saham.

Selanjutnya: Malaysia to Reopen Borders from April With Quarantine Waiver

Editor: Khomarul Hidayat

Posting Komentar

0 Komentar