Makin Panas, Rusia Sebut NATO 'Kompori' Negara Netral

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia menuduh Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO berusaha untuk menarik negara-negara netral di Eropa untuk membantu ekspansi militernya. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov.
Lavrov mengatakan bahwa saat ini negara-negara Uni Eropa (UE) non NATO seperti Swedia, Austria, dan Finlandia telah menjadi target untuk membantu mobilisasi senjata pakta pertahanan pimpinan Amerika Serikat (AS) itu. Selain itu, juga ada Swiss yang merupakan negara Eropa di luar UE yang ditarik oleh NATO.
"Sekarang ada juga upaya untuk menarik negara-negara anggota netral Uni Eropa (UE) atau negara-negara seperti Swiss untuk memastikan kebutuhan NATO. Proyek 'Mobilitas Militer' memaksa Austria, Swedia dan Finlandia untuk menyediakan kemampuan transportasi sehingga NATO dapat merelokasi angkatan bersenjatanya," ujar diplomat tinggi Rusia itu dikutip media resmi pemerintah, TASS, baru-baru ini dikutip Jumat (4/3/2022).
Lavrov juga menyayangkan bahwa keputusan mobilisasi itu tidak dikecam oleh UE. Dengan adanya situasi ini, ia mengatakan UE sudah tidak memiliki hegemoninya lagi dan masuk penguasaan NATO.
"NATO-sentrisitas menjadi pendekatan yang merangkul semua. Dengan semua slogannya tentang perlunya otonomi strategis Eropa, Uni Eropa jauh dari terinspirasi oleh masalah ini dan sangat setuju untuk menjadi embel-embel yang patuh dari NATO," tambahnya.
Ia juga lebih lanjut mengungkapkan bahwa dengan terjadinya situasi ini, aliansi NATO semakin membuktikan bahwa mereka terus berekspansi mendekati Rusia.
"Alih-alih memenuhi janjinya dan memastikan stabilitas di Eropa, NATO melakukan lima gelombang ekspansi ke timur. Selain itu, semuanya disertai dengan pengerahan angkatan bersenjata anggota aliansi di wilayah ini," tegasnya lagi.
"Mereka mengklaim 'sementara' tetapi segera berubah menjadi permanen: mereka menciptakan infrastruktur militer sepanjang waktu."
Rusia sebagaimana diketahui kini melakukan serangan ke Ukraina, sejak 24 Februari 2022. Salah satu alasannya adalah keinginan negara itu masuk ke NATO.
0 Komentar