Aji Mumpung! India Bakal Beli Minyak Rusia Sebanyak Mungkin, Ancaman AS Pun Tak Digubris

MOSKOW, iNews.id – Perusahaan minyak negara India berencana untuk membeli minyak Rusia sebanyak mungkin. Langkah itu mengubah strategi pengadaan mereka dari penawaran menjadi kontrak jangka panjang, demikian laporan surat kabar India Economic Times pada Selasa (19/4/2022), mengutip sejumlah sumber yang mengetahui situasi tersebut.
Para sumber itu mengungkapkan, kilang-kilang di India menginginkan agar ketersediaan minyak Rusia meningkat dalam waktu dekat. Mereka melihat peluang itu lantaran konflik di Ukraina tidak mungkin segera berakhir dalam waktu singkat. Sementara pada waktu yang sama, ekspor minyak Rusia bakal menghadapi pembatasan baru di Eropa.
Economic Times melaporkan, kilang-kilang minyak milik negara di India telah membeli lebih dari 15 juta barel minyak Rusia menggunakan saluran perbankan normal dan membayarnya dalam dolar AS sejak awal operasi militer Moskow di Ukraina.
Menurut surat kabar itu, pasokan minyak dari Rusia hanya menyumbang sebagian kecil dari total impor minyak mentah India karena biaya pengiriman yang tinggi. Pada saat yang sama, bahkan dengan peningkatan pasokan baru-baru ini, impor minyak dari Rusia masih kurang dari 1 persen total pasokan India.
Rusia memulai operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari. Operasi itu sebagai tanggapan atas permintaan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) kepada Moskow, agar memberikan mereka perlindungan terhadap serangan intensif oleh pasukan Kiev. DPR dan LPR adalah dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina.
Sebagai reaksi atas serangan Moskow ke Ukraina, Barat menjatuhkan berbagai macam sanksi terhadap Rusia. Pada pekan lalu, Uni Eropa menyatakan bahwa mereka sedang menyusun proposal untuk melarang impor minyak mentah Rusia, meskipun Jerman tidak secara aktif mendukung embargo gaya AS itu.
Produksi minyak Rusia terus merosot pada April, turun 7,5 persen pada paruh pertama bulan ini dibandingkan dengan Maret, demikian kantor berita Interfax melaporkan pekan lalu.
Editor : Ahmad Islamy Jamil
0 Komentar