Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Ukraina: Invasi Rusia Gegara Jerman-Prancis Larang Kyiv Masuk NATO By CNN Indonesia

 

Ukraina: Invasi Rusia Gegara Jerman-Prancis Larang Kyiv Masuk NATO

By
CNN Indonesia
google.com
2 min
Menlu Ukraina menyalahkan Jerman-Prancis yang tak mengizinkan negaranya gabung NATO sebagai salah satu penyebab Rusia berani menginvasi Kyiv. (Foto: AFP/Francois Walschaerts)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengatakan Jerman dan Prancis membuat kesalahan strategis beberapa tahun lalu lantaran tak mengizinkan negaranya bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Kuleba menilai jika Jerman dan Prancis mengizinkan Ukraina bergabung dengan NATO pada 2008 lalu, Rusia tak akan berani menginvasi negaranya.

"Jika kami anggota NATO, perang ini tak akan terjadi. Kesalahan strategis ini terjadi pada 2008 saat Jerman dan Prancis menolak upaya Amerika Serikat beserta sekutu untuk menjadikan Ukraina sebagai anggota," kata dia kepada NBC pada Minggu (10/4) seperti dikutip CNN.

Keluba lalu berujar, "Bukan Jerman atau Prancis yang akhirnya menanggung kesalahan itu, tapi Ukraina," paparnya menambahkan.

Pada 2008 lalu, Ukraina mengajukan untuk menjadi anggota NATO. Namun, di bawah kepemimpinan Presiden Viktor Yanukovich proses itu terhenti pada 2010. Ia merupakan sosok yang pro-Rusia dan tak ingin negaranya bergabung dengan blok militer tersebut.

Kemudian pada 2014 protes massal terjadi di Ukraina. Ribuan warga memenuhi jalanan menuntut Ukraina bekerja sama dengan Uni Eropa dan pengunduran diri Yanukovich.

Yanukovich berhasil lengser, tak lama kemudian Rusia mencaplok Crimea. Perang pun tak terelakkan berkecamuk di wilayah tersebut.

Keinginan Ukraina bergabung dengan NATO tak luntur begitu saja. Pada 2017 lalu, negara ini mengadopsi amandemen konstitusi yang berisi komitmen mereka untuk menjadi anggota.

Empat tahun kemudian, NATO mengadopsi Strategi Keamanan Nasional yang bertujuan mengembangkan kemitraan blok militer terkuat di dunia ini dengan Ukraina.

Di sisi lain, Rusia merasa terancam dengan niat Ukraina. Mereka khawatir, negara Eks Uni Soviet itu menjadi pangkalan nuklir Barat, yang bisa kapan saja menyerang negaranya. Apalagi, NATO yang terus mengirim senjata dan mengerahkan pasukan di Eropa Timur.

Kremlin lalu mengerahkan pasukan di perbatasan sekitar akhir 2021. Pemerintahan Presiden Vladimir Putin mengklaim pengerahan itu sebagai bentuk latihan bersama dengan Belarus.

Geger invasi sebetulnya sudah mencuat sejak akhir Januari, namun sejumlah pihak ragu akan hal ini. Tak disangka, pada 24 Februari, Putin akhirnya melancarkan invasi ke Ukraina dan mengobarkan api perang.

(rds)

Posting Komentar

0 Komentar