Korea Utara Tetap Tak Vaksin Warganya hingga 2 Tahun Pandemi Covid-19, Apa Sebabnya? Halaman all - Kompas

 

Korea Utara Tetap Tak Vaksin Warganya hingga 2 Tahun Pandemi Covid-19, Apa Sebabnya? Halaman all - Kompas.com

Dalam gambar yang diambil pada 5 Januari 2022, orang-orang mengambil bagian dalam rapat umum untuk melaksanakan keputusan Rapat Pleno ke-4 Komite Sentral ke-8 Partai Buruh Korea, di Lapangan Kim Il Sung di Pyongyang.

PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara hingga bulan ini adalah satu dari hanya dua negara, bersama dengan Eritrea, yang belum memberikan vaksin Covid-19 kepada warganya.

Kondisi itu terjadi meskipun sudah ada upaya internasional yang berkelanjutan untuk memasok negara yang sangat tertutup itu dengan vaksin.

Pyongyang tahun lalu menolak hampir dua juta dosis vaksin AstraZeneca, dan hampir tiga juta dosis vaksin Sinovac yang ditawarkan oleh program Covax internasional.

Pemerintah Kim Jong Un malah meminta agar vaksin Sinovac dari China dialokasikan kembali ke negara-negara yang terkena dampak parah.

Hampir 250.000 dosis vaksin Novavax yang dialokasikan untuk Korea Utara oleh Covax juga dibatalkan awal tahun ini, tampaknya karena kurangnya tanggapan dari Pyongyang.

Video Rekomendasi

Korea Utara Umumkan Kasus Covid-19 Pertama selama Pandemi
Korea Utara Umumkan Kasus Covid-19 Pertama selama Pandemi

Para ahli mengatakan bahwa ketidakpuasan Pyongyang dengan jumlah dan jenis vaksin yang ditawarkan kemungkinan mendorong mereka untuk menolak pengiriman.

Vaksin yang ditawarkan ke Korea Utara sejauh ini kebanyakan dari AstraZeneca dan Sinovac. Apa yang diinginkan Pyongyang adalah vaksin buatan AS, seperti dari Pfizer,” kata Lee Wootae direktur dan peneliti di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional kepada ABC News dilansir pada Senin (25/4/2022).

Pakar lain mengemukakan bahwa Korea Utara menolak tawaran vaksin karena tidak memenuhi jumlah yang diinginkan rezim yang terisolasi.

“Tidak mengherankan bagi Pyongyang jika berpikir memberikan dosis kecil hanya akan akan berdampak kecil,” kata Shin Young-jeon, profesor di Hanyang University College of Medicine.

Beberapa meyakini keengganan Pyongyang terutama dipengaruhi oleh penilaian politik.

Kepada ABC News, Profesor di The Institute for Far Studi Timur di Universitas Kyungnam Lim Eul Chul menilai pesan bahwa Korea Utara mengatasi krisis medis dengan bantuan vaksin buatan AS, akan sulit dibenarkan oleh rezim Kim Jong Un, mengingat sikap kritisnya terhadap AS.

Rezim yang sangat tertutup itu menurutnya juga mungkin mempermasalahkan kemungkinan pengawasan internasional.

Syarat untuk menerima vaksin mungkin bukan prospek yang nyaman bagi Pyongyang, mengingat keadaan negara yang tertutup total.

“Agar Pyongyang menerima tawaran vaksin, itu harus menjamin rencana distribusi vaksin yang transparan. Ini berarti membiarkan pemantau internasional masuk ke negara itu dan membiarkan mereka mengganggu bagaimana vaksin didistribusikan, dan kepada siapa,” tambah Lim.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya