2 Milisi Bentrok Sengit di Ibu Kota Libya, 23 Tewas dan 140 Terluka
Minggu, 28 Agustus 2022 - 09:12 WIB
A A A
TRIPOLI - Sedikitnya 23 orang tewas dan 140 lainnya cedera dalam bentrokan sengit antara dua milisi Libya yang saling bersaing di ibu kota negara itu, Tripoli. Demikian pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Libya, Sabtu waktu setempat.
Pertempuran sengit meletus di Tripoli semalam ketika faksi-faksi yang bersaing saling tembak-menembak dan beberapa ledakan keras bergema di seluruh kota. Gambar dan video yang beredar di media sosial menunjukkan luasnya bentrokan dengan puluhan bangunan, termasuk perumahan, hancur dan beberapa mobil hancur serta terbakar.
Libya telah terpecah antara faksi-faksi yang bertikai sejak 2014, menyusul pemberontakan yang didukung NATO terhadap Moammar Gadhafi pada 2011.
Pertempuran sengit meletus di Tripoli semalam ketika faksi-faksi yang bersaing saling tembak-menembak dan beberapa ledakan keras bergema di seluruh kota. Gambar dan video yang beredar di media sosial menunjukkan luasnya bentrokan dengan puluhan bangunan, termasuk perumahan, hancur dan beberapa mobil hancur serta terbakar.
Libya telah terpecah antara faksi-faksi yang bertikai sejak 2014, menyusul pemberontakan yang didukung NATO terhadap Moammar Gadhafi pada 2011.
Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) yang didukung PBB mengatakan di halaman Facebook resminya bentrokan itu dipicu oleh kelompok militer yang menembak secara acak pada konvoi yang lewat di area Jalan Zawia, sementara kelompok bersenjata berkumpul di gerbang ke-27 di barat Tripoli dan Gerbang Jebs di selatan Tripoli.
Perdana Menteri sementara negara itu Abdulhamid Dbeibeh, kepala GNU, berbasis di Tripoli di bagian barat Libya. Sedangkan Gedung parlemen di Tobruk di timur negara itu adalah pusat pemerintahan pesaingnya yang dipimpin oleh Perdana Menteri Fathi Bashagha.
Baca juga: Misi HAM PBB Selidiki Dugaan Temuan Kuburan Massal di Libya
Bashagha telah mencoba masuk dan mengambil alih Tripoli karena dia mengklaim GNU ilegal dan harus menyingkir. GNU telah menolak dan mengklaim kekuasaan harus diserahkan secara damai melalui pemilu, bukan paksaan.
Menurut Kantor Berita Libya LANA, kantor berita resmi pemerintah yang diakui secara internasional, otoritas Tripoli menganggap Pemerintah Kesepakatan Nasional yang diakui PBB dan Tentara Nasional Libya bertanggung jawab atas situasi yang memburuk di ibu kota.
Mereka juga meminta masyarakat internasional untuk melindungi warga sipil, LANA melaporkan.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyerukan agar kekerasan tersebut segera dihentikan.
"(Sekjen) mendesak pihak-pihak Libya untuk terlibat dalam dialog yang tulus untuk mengatasi kebuntuan politik yang sedang berlangsung dan tidak menggunakan kekuatan untuk menyelesaikan perbedaan mereka," kata juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric.
Baca juga: Pakar PBB: Keamanan Libya Terancam oleh Tentara Asing
"Dia lebih lanjut menyerukan kepada pihak-pihak untuk melindungi warga sipil dan menahan diri dari mengambil tindakan yang bisa meningkatkan ketegangan dan memperdalam perpecahan," ia melanjutkan.
"PBB tetap siap untuk memberikan jasa dan mediasi yang baik untuk membantu aktor Libya memetakan jalan keluar dari kebuntuan politik, yang semakin mengancam stabilitas Libya yang diraih dengan susah payah," ujar Dujarric seperti dikutip dari CNN, Minggu (28/8/2022).
Menurut tweet dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Libya, Duta Besar AS untuk Libya Richard B. Norland mendesak pentingnya menghindari bentrokan kekerasan di Tripoli.
Norland mengatakan dia dan Presiden Dewan Kepresidenan Menfi pada hari Jumat membahas perlunya de-eskalasi, kedutaan tweeted Sabtu.
"Kami menyetujui kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan dasar konstitusional dan bergerak menuju pemilu, dan juga tentang pentingnya mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan pendapatan minyak Libya," tambah tweet itu.
Baca juga: Horor! Mobil PM Libya Ditembaki saat Pulang, tapi Lolos dari Maut
Misi Dukungan PBB di Libya mengatakan dalam sebuah tweet bahwa pihaknya sangat prihatin dengan bentrokan bersenjata yang sedang berlangsung termasuk penembakan sedang dan berat tanpa pandang bulu di lingkungan berpenduduk sipil di Tripoli, yang dilaporkan menyebabkan korban sipil dan kerusakan fasilitas sipil termasuk rumah sakit.
"PBB menyerukan penghentian segera permusuhan dan mengingatkan semua pihak tentang kewajiban mereka di bawah hukum hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional untuk melindungi warga sipil dan objek sipil," tambah tweet itu.
Komentar
Posting Komentar