7 Keanehan Korut di Bawah Rezim Kim Jong Un - CNN Indonesia

 

7 Keanehan Korut di Bawah Rezim Kim Jong Un

isa4-5 minutes 10/8/2022
Rabu, 10 Agu 2022 09:30 WIB

Korea Utara menerapkan sejumlah kebijakan yang dinilai aneh di bawah pimpinan Kim Jong Un.

Foto: via REUTERS/KCNA

Jakarta, CNN Indonesia --

Korea Utara menerapkan sejumlah kebijakan yang dinilai aneh di bawah pimpinan Kim Jong Un. Mulai dari imbauan kumur air garam cegah Covid-19 hingga menyarankan konsumsi angsa hitam saat krisis ekonomi.

Belakangan Korut menjadi sorotan usai 'mengirim banjir' ke Korea Selatan dengan membuka pintu air Hwanggang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu ke pemerintah Seoul.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengiriman air itu bisa memicu banjir bahkan korban jiwa di area sekitar bendungan.

Pada 2009 lalu, Korut mengirim air sebanyak 40 juta ton ke wilayah Korsel. Sementara daya tampung bendungan tersebut hanya mencapai 400 ribu ton.

Bahkan di tahun itu, kiriman air menyebabkan enam orang tewas di Yeoncheon County.

Terlepas dari soal banjir tersebut, berikut deret 'keanehan' Korut.

1. Cegah Covid-19 dengan Kumur

Saat kasus Covid-19 melonjak di negara ini, pemerintah mengimbau agar masyarakat berkumur dengan air garam.

"Unit kepala pemantau komunitas mengunjungi setiap rumah pada pagi hari dan sore hari, menekankan bahwa mencuci tangan dan berkumur air garam merupakan cara efektif mencegah virus corona," kata salah satu warga di Pyongyang.

Selain itu, Korut juga mendistribusikan obat penghilang rasa sakit dan penurun demam, seperti ibuprofen, amoksisilin dan antibiotik lain. Namun, obat itu disebut tak ampuh melawan virus.

2. Ekonomi runtuh, kampanye ideologi meningkat

Pemerintah Korut berupaya memperkuat kampanye ideologi di tengah luluh lantak ekonomi Pyongyang.

Pada Maret lalu, Kim mengirim surat untuk pejabat guna meningkatkan motivasi sosialisme dan memajukan inovasi dalam kerja-kera ideologis partai.

Dalam tugas itu, Kim menegaskan Partai Buruh membuat kemajuan di tengah kesulitan yang menerjang. Ia juga menekankan perlunya menyebar visi juche atau kemandirian.

"Kita harus memandang ideologi dan kekuatan moral dari massa sebagai senjata utama sebagaimana biasanya dan menggerakkan mereka," kata Kim dalam laporan KCNA dikutip Reuters, Maret lalu.

Teori juche merupakan konsep yang memandang tak ada yang mustahil dilakukan saat orang-orang tergerak dengan ideologi.

Kampanye ideologi harus fokus menghilangkan semangat anti-sosialisme dan unsur-unsur non-sosialis.

3. Paksa Eks Tentara Bertani

Pemerintah Korut memaksa eks tentara bertani sebagai bagian dari strategi peningkatan produksi agrikultur Pyongyang di tengah krisis ekonomi.

"Otoritas membuat keputusan ini dalam rapat pleno keempat Komite Sentral Partai Buruh Korea pada akhir Desember. Mereka akan mengirim sekelompok tentara yang sudah berhenti ke ladang," kata seorang pejabat dari Pyongan Utara kepada Radio Free Asia pada awal Januari lalu.

Banyak di antara mantan tentara yang merasa kesal dengan aturan tersebut.

Lanjut baca di halaman berikutnya...

Konser Anti-Propaganda AS hingga Hukum Kerja Paksa Pencuri Jagung

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Korea Utara menerapkan sejumlah kebijakan yang dinilai aneh di bawah pimpinan Kim Jong Un.

Konser 10 tahun rezim Kim Jong Un di Korut. (via REUTERS/KCNA)

4. Konser Anak Anti-Propaganda AS

Korut pernah menggelar konser anak-anak menampilkan propaganda anti-Amerika Serikat hingga pencegahan Covid-19 pada Januari lalu.

Pyongyang memang kerap mengadakan konser anak-anak tahunan dalam rangka menyambut Tahun Baru.

Konser itu mempromosikan propaganda anti AS melalui lagu dan pertunjukkan anak-anak dengan kostum tentara. Mereka menampilkan pesan, "Matilah Imperialis Amerika!"

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, konser tersebut juga menampilkan protokol pencegahan Covid-19. Anak-anak tampil menggunakan kostum botol hand sanitizer dengan lagu yang mengajak mereka terus mengikuti aturan agar tak masalah besar.

5. Suruh Warga Makan Angsa Hitam

Korut meminta warga ternak angsa hitam hias yang nantinya akan menjadi bahan pangan alternatif di tengah krisis ekonomi.

Media pemerintah Korut juga mempromosikan konsumsi daging angsa hitam kepada warga.

6. Banyak Pasangan Bercerai di Tengah Krisis

Warga Korea Utara beramai-ramai mengajukan gugatan cerai karena terus-menerus mengalami cekcok di tengah krisis ekonomi.

Namun, proses perceraian di sana memerlukan waktu panjang. Salah satu sumber di daerah Kyongsong mengatakan bahwa semakin banyak warga mengantre di pengadilan untuk mengurus surat perceraian.

Sumber itu mengatakan alasan ekonomi yang teru memburuk menjadi salah satu penyebab pasangan suami istri di Korut marak melayangkan perceraian.

"Belakangan ini, cekcok keluarga makin parah karena alasan ekonomi dan jumlah keluarga yang mau cerai meningkat, tapi pihak berwenang memerintahkan pengadilan tak menerima perceraian itu dengan mudah," ujarnya kepada Radio Free Asia.

7. Hukum Warga yang Curi Jagung Kerja Paksa

Korut menghukum warganya yang ketahuan mencuri jagung ke kamp kerja paksa.

Pencurian tersebut dilakukan karena warga tak lagi kuat menghadapi krisis pangan.

Dalam beberapa tahun belakangan, pemerintah mengambil 60 persen hasil tani, sementara petani dapat membawa pulang 40 persen sisanya.

Para petani merasa tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan jumlah presentase yang seperti itu. Apalagi hasil tani di sejumlah daerah belakangan ini berkurang 20 persen.

(bac)

Saksikan Video di Bawah Ini:

VIDEO: Korut Klaim Akhiri Gelombang Pertama Covid-19

HALAMAN :

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya