Dukungan ke PM Jepang Anjlok Diterpa Isu Gereja Unifikasi dan Covid-19
Senin, 22 Agustus 2022 | 12:45 WIB
Oleh: Surya Lesmana / LES
Tokyo, Beritasatu.com – Jajak pendapat publik memperlihatkan, dukungan ke pemerintahan PM Jepang Fumio Kishida anjlok akibat isu kedekatan partai yang berkuasa dengan Gereja Unifikasi dan penanganan Covid-19.
Koneksi dengan Gereja Unifikasi. yang didirikan di Korea Selatan pada 1950-an dan terkenal dengan pernikahan massalnya, telah memusingkan Fumio Kishida sejak 8 Juli, ketika mantan perdana menteri Shinzo Abe ditembak dan tersangka pembunuhnya mengatakan bahwa ibunya dibuat bangkrut oleh Gereja Unifikasi dan menyalahkan Abe yang dianggap telah mempromosikannya.
Menurut jajak pendapat yang dilakukan pada akhir pekan oleh harian Mainichi Shimbun, dukungan ke PM Jepang Fumio Kishida turun menjadi 36 persen dari 52 persen sebulan lalu, terendah sejak ia menjabat Oktober lalu.
Responden warga Jepang yang percaya bahwa hubungan antara Gereja Unifikasi dengan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa di Kishida adalah "masalah ekstrem" atau "sesuatu dari masalah" mencapai 87 persen. Hanya 4 persen yang percaya bahwa itu bukan masalah sama sekali.
Padahal Fumio Kishida telah mereshuffle kabinetnya pada 10 Agustus dan memberhentikan beberapa anggota kabinet yang memiliki hubungan dengan Gereja Unifikasi dalam upaya untuk meningkatkan dukungan. Namun 68 persen responden mengatakan mereka tidak menyetujui langkah tersebut dibandingkan hanya 16 persen yang menyetujuinya.
Kasus Covid-19 baru yang tetap tinggi, mendorong 55 persen responden mengatakan mereka tidak menyetujui penanganan situasi oleh pemerintah. Pada hari Minggu (21/8/2022), Kishida sendiri dites positif terinfeksi virus corona, yang memaksanya untuk membatalkan perjalanan ke konferensi bantuan di Tunisia.
Mengenai pertanyaan tentang pemakaman kenegaraan untuk Abe yang ditetapkan pada 27 September, yang akan dibiayai oleh pemerintah, 53 persen mengatakan mereka menentang gagasan itu.
Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini
Sumber: CNA/Reuters
0 Komentar