Kiamat Gas di Eropa Makin Dekat, Harga Batu Bara Kian Panas

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara global kembali melesat melanjutkan penguatan pada tiga hari terakhir perdagangan pekan ini. Pada perdagangan Jumat (2/9/2022), harga batu kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 440,9 per ton atau naik 3,25% dalam sepekan secara point to point.
Awal pekan ini harga batu bara sempat kurang bergairah dan ambles 4,56% secara kumulatif pada dua hari awal. Namun ditopang kinerja positif tiga hari setelahnya, akhirnya mampu membuat harga batu bara menguat secara mingguan.
Tahun ini harga batu bara tak kunjung mendingin dipicu oleh kelangkaan pasokan energi global akibat perang di Eropa Timur. Sejak awal tahun 2022 harga batu bara global telah terbang 191% dan dalam setahun terakhir mampu melonjak hingga 152%.
Harga batu bara akhir pekan ini kembali mendekati rekor tertinggi di US$ 446/ton yang dicatatkan beberapa setelah invasi Rusia ke Ukraina dimulai.
Kembali melonjaknya harga batu bara tidak bisa dipisahkan dari kenaikan harga gas. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) melambung dalam beberapa hari terakhir menyusul langkah perusahaan gas Rusia Gazprom yang menghentikan pengiriman gas melalui jaringan Nord Stream 1 karena jaringan itu disebut Moskow sedang dalam proses perbaikan.
Pada 19 Agustus, Gazprom mengatakan akan menghentikan aliran gas melalui pipa dari 31 Agustus hingga 2 September untuk melakukan perawatan rutin.
Moskow menyalahkan sanksi Barat atas perang di Ukraina yang disebut menghalangi pemeliharaan rutin pipa Nord Stream 1 dan menyebabkan terhambatnya aliran gas ke Eropa. Naum, Siemens Energy membantah alasan tersebut dan mengatakan bahwa sanksi tidak melarang pemeliharaan.
Sebelum putaran terakhir pemeliharaan, Gazprom sejatinya telah memotong aliran menjadi hanya 20% dari kapasitas pipa dan ikut membawa harga batu bara naik.
Saat ini, Gazprom mengatakan pasokan gas ke Eropa Barat melalui pipa Nord Stream 1 telah benar-benar berhenti karena masalah pemeliharaan dan tidak kerangka waktu kapan akan kembali beroperasi.
Berhentinya pengiriman gas ini terjadi di tengah upaya Eropa untuk mempercepat pengisian storage gas untuk antisipasi musim dingin mendatang. Storage diharapkan bisa terisi 75% hingga September awal, 85% per 1 Oktober, dan 95% per 1 November.
Analis Rystad Energy Wei Xiong memperkirakan storage gas di Eropa saat ini masih terisi 66% dari kapasitas. Eropa harus bekerja keras untuk memenuhi target mereka, terutama setelah Gazprom menghentikan sementara pengiriman gas.
"Pasokan energi untuk musim dingin di Eropa masih rawan karena rendahnya pengiriman dari Rusia serta perbaikan Nord Stream 1. Kapasitas storage masih rentan," tutur Xiong, seperti dikutip dari CNBC International.
Persoalan pasokan gas akan mendongkrak harga batu bara mengingat batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Afrika Selatan Gwede Mantashe mengingatkan krisis energi yang kini dihadapi Eropa membuktikan jika peran batu bara sangat penting. Pasokan energi terbarukan belum sepenuhnya bisa diandalkan sehingga penggunaan sumber energi fosil tetap diperlukan.
"Keinginan besar untuk mengalihkan sumber energi dari batu bara ke energi terbarukan menjadi mitos. Banyak yang mengira energi terbarukan akan menjadi penyelamat tetapi kenyataan yang kita lihat tidak demikian. Jerman telah mendapat pelajaran pahit dari kondisi itu," tutur Mantashe, seperti dikutip dari mining.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
0 Komentar