Biaya Proyek Kapal Selam Nuklir AUKUS Capai Rp3.700 T, Buat Apa Saja?
Ilustrasi. Aliansi Australia, Inggris, dan AS alias AUKUS mengumumkan proyek pengadaan kapal selam untuk Negeri Kanguru dengan biaya hingga setara sekitar Rp3.758 triliun. (Tangkapan layar web Navy)
Jakarta, CNN Indonesia --
Aliansi Australia, Inggris, dan Amerika Serikat alias AUKUS mengumumkan proyek pengadaan kapal selam bertenaga nuklir untuk Negeri Kanguru dengan biaya hingga A$368 miliar atau setara Rp3.758 triliun.
Seorang pejabat pertahanan Australia mengungkap kepada Reuters bahwa negaranya bakal menggelontorkan dana sebesar itu hingga 2055 mendatang, atau sekitar 0,15 persen dari GDP mereka per tahun.
Dana itu bukan hanya untuk membeli dan membuat kapal selam bertenaga nuklir, tapi juga membangun berbagai infrastruktur dan membiayai pelatihan yang diperlukan.
Menurut sumber itu, program ini secara keseluruhan bakal menciptakan lapangan pekerjaan bagi 200 ribu orang di Australia dalam tiga dekade ke depan.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, menjabarkan bahwa program kapal selam itu akan dimulai dengan investasi US$4 miliar atau setara Rp61,5 triliun dalam empat tahun ke depan.
Investasi itu berupa perluasan pangkalan kapal selam dan galangan kapal selam. Sebagian dana itu juga akan dipakai untuk melatih pekerja.
Berdasarkan rencana awal, Australia akan membangun total delapan kapal selam bertenaga nuklir.
Kapal pertama diproyeksikan rampung pada 2042. Setelah itu, Australia akan membangun satu kapal selam lainnya tiap tiga tahun.
Proyek pembangunan kapal selam itu akan dilakukan di South Australia. Di sana, Australia bakal mengucurkan dana hingga A$2 miliar untuk infrastruktur.
Kapal selam itu nantinya akan diparkir di pangkalan Angkatan Laut Australia di Perth. Australia pun mulai bersiap untuk ekspansi pangkalan itu dengan biaya hingga 8 miliar dollar.
Selain membuat, Australia juga akan membeli tiga hingga kemungkinan lima kapal selam bertenaga nuklir kelas Virginia dari AS melalui kesepakatan AUKUS ini.
Sekitar A$3 miliar dari Negeri Kanguru pun bakal dialirkan untuk mengembangkan kapasitas pembuatan kapal di AS dan Inggris. Dengan demikian, produksi kapal selam pesanan Australia dapat lebih cepat.
Albanese mengakui Australia memang mengembangkan kapal selam ini dengan transfer teknologi dari AS dan Inggris. Namun, ia menegaskan bahwa proyek ini akan dikendalikan langsung oleh Negeri Kanguru.
"Ini akan menjadi kapabilitas daulat Australia-dibuat oleh Australia, dipimpin Angkatan Laut Australia, dan dikerjakan oleh pekerja Australia di galangan-galangan kapal Australia," ucap Albanese.
Ia kemudian berkata, "Skala, kerumitan, dan signifikansi ekonomi dari investasi ini mirip dengan penciptaan industri otomotif Australia di periode pasca-perang."
(has)
Komentar
Posting Komentar