Menlu AS: Pihak yang Bertikai di Sudan Setuju Gencatan Senjata 72 Jam

Khartoum, Beritasatu.com – Menlu AS Antony Blinken mengatakan para jenderal yang mengobarkan pertempuran di Sudan telah menyetujui gencatan senjata 72 jam mulai Selasa (25/4/2023) ini, setelah 10 hari pertempuran kota menewaskan ratusan orang, melukai ribuan orang dan memicu eksodus massal warga asing.
Tawaran sebelumnya untuk menghentikan konflik gagal dilakukan tetapi Blinken mengatakan: “Menyusul negosiasi yang intens selama 48 jam terakhir, Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) telah setuju untuk menerapkan gencatan senjata nasional mulai tengah malam. 24 April, berlangsung selama 72 jam.”
Pernyataan Blinken datang dua jam sebelum gencatan senjata diberlakukan mulai Senin pukul 22.00 waktu setempat.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan sebelumnya bahwa Sudan berada di "tepi jurang" dan bahwa kekerasan "dapat menelan seluruh wilayah dan sekitarnya."
Pertempuran yang terjadi di Sudan antara pasukan pendukung panglima militer Abdel Fattah Al-Burhan melawan mantan wakilnya Mohamed Hamdan Daglo, yang memimpin RSF paramiliter.
Setidaknya 427 orang tewas dan lebih dari 3.700 terluka, menurut badan-badan PBB.
Di antara korban tewas yang terakhir ada asisten atase administrasi di kedutaan besar Kairo di Khartoum, kata kementerian luar negeri Mesir.
Pejabat tersebut tewas saat dalam perjalanan dari rumah ke kedutaan untuk menindaklanjuti prosedur evakuasi, katanya.
Lebih dari 4.000 orang telah meninggalkan negara itu dalam evakuasi terorganisir asing yang dimulai pada Sabtu.
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Asia meluncurkan misi darurat untuk menyelamatkan staf kedutaan mereka dan warga negara yang berbasis di Sudan melalui jalan darat, udara, dan laut.
Tetapi jutaan warga Sudan tidak dapat melarikan diri dari salah satu negara termiskin di dunia, dengan sejarah kudeta militer.
Mereka mencoba bertahan dari kekurangan air, makanan, obat-obatan dan bahan bakar yang akut serta pemadaman listrik dan internet.
Badan-badan PBB melaporkan beberapa warga sipil Sudan dapat melarikan diri “ke Chad, Mesir, dan Sudan Selatan.”
Kamar mayat penuh. Mayat berserakan di jalanan,” kata Attiya Abdallah, kepala serikat dokter, yang pada Senin melaporkan lebih banyak korban setelah lokasi di Khartoum selatan “dibom habis-habisan.”
“Kita semua harus melakukan segala daya kita untuk menarik Sudan kembali dari tepi jurang,” kata Guterres.
Dia juga, sekali lagi, menyerukan gencatan senjata.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
BERITA TERKAIT

Masih Ada 289 WNI di Sudan Siap Dievakuasi Tahap II

Menlu Retno: 538 WNI Tiba dengan Selamat di Pelabuhan Sudan

Siang ini, Tim Evakuasi WNI di Sudan akan Berangkat dari Halim

Pertempuran di Sudan, Serangan Udara Militer Melukai Warga Prancis

Pemerintah Prancis Mulai Evakuasi Warganya dari Sudan

Pertempuran di Sudan Memanas, Kemenlu Siapkan Proses Evakuasi WNI
BERITA TERKINI

Mengaku Emosi, Peneliti BRIN yang Ancam Warga Muhammadiyah Minta Maaf

Waspada! Sinar UV Ekstrem Diprediksi Melanda Indonesia

Apakah Gelombang Panas Dapat Menyebabkan Kematian? Ini Penjelasannya

Ingin Minta Maaf, Komandan Denhanud 471 TNI AU Cari Ibu Bonceng Anak Korban Tendangan Praka ANG

Biayai Kehidupan Selingkuhannya, Virgoun Keluarkan Uang Nyaris Rp 200 Juta

Besok Ngantor Lagi, Arus Balik Tol Cipali Masih Lancar Pagi Ini

India Salip Tiongkok Jadi Negara Terpadat di Dunia Akhir Bulan Ini

Bocor, Angka Penjualan Samsung Galaxy S23 Sebulan Pertama

3 Ganda Campuran Indonesia Tampil di BAC Hari ini Termasuk Praveen/Melati

Praka ANG, Oknum TNI yang Tendang Motor Ibu Bonceng Anak Dapat Sanksi Disiplin


B-FILES

0 Komentar