Chaos di Laut Hitam, Putin Beri Peringatan Keras - CNBC Indonesia

 

Chaos di Laut Hitam, Putin Beri Peringatan Keras

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
News
Kamis, 20/07/2023 08:00 WIB
Foto: REUTERS/STRINGER

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia memperingatkan bahwa mulai Kamis (20/7/2023) setiap kapal yang berlayar ke pelabuhan Laut Hitam Ukraina akan dianggap berpotensi membawa kargo militer. Hal ini terjadi setelah Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam yang memungkinkan ekspor pangan Ukraina tidak dilanjutkan Moskow.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan negara bendera kapal yang melakukan perjalanan ke pelabuhan Ukraina akan dianggap sebagai pihak dalam konflik di pihak Ukraina. Lembaga itu namun belum tidak mengatakan tindakan apa yang mungkin diambil.

"Kami akan mempertimbangkan semua kapal yang melakukan perjalanan ke pelabuhan Laut Hitam Ukraina sebagai calon pengangkut kargo militer mulai tengah malam waktu Moskow, setelah berakhirnya kesepakatan biji-bijian," tulis keterangan itu dikutip Channel News Asia.

Peringatan ini disampaikan sehari setelah Rusia menyerang wilayah Odessa untuk malam kedua berturut-turut. Odessa merupakan salah satu pintu keluar bahan-bahan pangan asal Ukraina menuju negara-negara dunia lainnya.

Kantor Kejaksaan Agung Ukraina mengatakan dalam serangan itu, 10 warga sipil, termasuk seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, terluka. Terminal biji-bijian rusak serta fasilitas industri, gudang, pusat perbelanjaan, gedung perumahan dan administrasi serta mobil.

Ukraina, yang ingin mencoba melanjutkan pengiriman biji-bijian Laut Hitam yang penting untuk pasokan pangan global, mengatakan pada hari Rabu pihaknya sedang menyiapkan rute pengiriman sementara melalui Rumania.

"Teroris Rusia benar-benar sengaja menargetkan infrastruktur kesepakatan biji-bijian," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di aplikasi perpesanan Telegram.

"Setiap rudal Rusia merupakan serangan tidak hanya di Ukraina tetapi pada semua orang di dunia yang menginginkan kehidupan yang normal dan aman."

Respons AS

Gedung Putih memperingatkan bahwa Rusia dapat memperluas penargetan fasilitas biji-bijian Ukraina untuk memasukkan serangan terhadap pengiriman sipil di Laut Hitam.

Adam Hodge, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan pejabat AS memiliki informasi yang menunjukkan bahwa Rusia meletakkan ranjau laut tambahan di dekat pelabuhan Ukraina.

"Kami percaya bahwa ini adalah upaya terkoordinasi untuk membenarkan setiap serangan terhadap kapal sipil di Laut Hitam dan menyalahkan Ukraina atas serangan ini," katanya, dilansir Reuters.

"Selain upaya terkoordinasi di Laut Hitam ini, kami telah mengamati bahwa Rusia menargetkan pelabuhan ekspor biji-bijian Ukraina di Odesa dengan rudal dan drone pada 18 dan 19 Juli, yang mengakibatkan kehancuran infrastruktur pertanian dan 60.000 ton biji-bijian," imbuhnya.

'Kiamat Makanan'

Sebelum pasukan Rusia menyerbu perbatasan Ukraina pada akhir Februari 2022, Ukraina dan Rusia diketahui merupakan salah satu lumbung pangan dunia. Kedua negara yang saling bertempur itu memproduksi biji-bijian seperti gandum dan jagung.

Peperangan keduanya pun telah mengganggu jalur distribusi pangan bagi dunia, utamanya negara-negara seperti Timur Tengah dan Afrika. Pasalnya, wilayah itu cukup bergantung dari pasokan kedua negara.

Sejak ditandatangani pada Juli tahun lalu, PBB mengatakan Inisiatif Butir Laut Hitam telah memungkinkan lebih dari 32 juta metrik ton komoditas pangan diekspor dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina yakni Odessa, Chornomorsk, dan Pivdennyi, ke 45 negara di seluruh dunia. Kesepakatan kemudian terus diperpanjang beberapa kali.

Namun kali ini, Rusia menolak untuk memperpanjang kembali kesepakatan biji-bijian pada Senin lalu. Moskow beralasan bahwa unsur-unsur perjanjian dalam kesepakatan yang memungkinkan ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak dihormati.

Dana Moneter Internasional pada hari Rabu mengatakan keluarnya Rusia dari kesepakatan itu akan meningkatkan kerawanan pangan global dan dapat menaikkan harga, terutama di negara-negara miskin.

Di Chicago, harga gandum Amerika Serikat (AS) melambung karena perkembangan terbaru dalam perang.

Shashwat Saraf, Direktur Kedaruratan Afrika Timur di Komite Penyelamatan Internasional (IRC), mengatakan dampaknya akan sangat besar di Somalia, Ethiopia dan Kenya, yang telah menghadapi kekeringan terburuk dalam beberapa dekade.

"Saya tidak tahu bagaimana kami akan bertahan," kata Halima Hussein, seorang ibu dari lima anak yang tinggal di kamp di ibu kota Somalia, Mogadishu.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya