Dahlan Iskan Kembali Datangi Ponpes Al Zaytun, Diajak Masuk Bunker, Penuh!
jpnn.com, JAKARTA - Dahlan Iskan mampir lagi ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun di Indramayu yang masih menjadi sorotan publik, terutama di media sosial.
Saat kunjungan kali ini, kolumnis kondang itu melihat ada orang tua santri yang mengantar anak mereka karena sekolah akan dimulai. Konon mereka datang dari Jakarta.
"Dia harus datang sendiri ke pedalaman Indramayu. Itu karena dia tidak bisa lagi transfer uang sekolah lewat bank. Semua rekening Al Zaytun diblokir," tulisan Dahlan Iskan, Disway edisi Jumat (21/7).
Ada pula sejumlah santri lagi menyapu jalan di depan gedung HM Soeharto. Di situlah para santri latihan upacara bendera untuk 17 Agustus bulan depan.
Dahlan lantas pergi ke masjid baru Ponpes Al Zaytun yang megah tetapi belum selesai dibangun.
"Di dalam masjid itu terdengar alunan gamelan Jawa. Saya tolah-toleh dari mana kumandang gamelan itu," lanjutnya.
Meski sudah mondar-mandir di lantai pertama masjid enam lantai itu, Dahlan tidak melihat ada orang.
"Saya keliling di tengah lantai 99 x 99 meter itu. Bersih. Mengilap. Saya mendongak ke atas. Terlihat bagian dalam kubah, jauh di atas sana. Meski enam lantai, bagian tengahnya bolong. Kalaupun Anda di lantai 6 bisa melongok ke lantai paling bawah," lanjutnya.
Dahlan pun terus mencari sumber suara gamelan yang terdengar merdu di telinganya. Dia naik ke lantai mezzanine. Lalu ke lantai 2. Di situlah para guru dan santri latihan gamelan.
Konon mereka latihan untuk persiapan peringatan 1 Suro. Lagunya: tombo ati (obat sakit hati). Vokalisnya dua orang guru bahasa Inggris.
Di sana Dahlan bertemu Abdul Halim, salah seorang tangan kanan Panji Gumilang, pimpinan Al Zaytun.
"Saya pun minta diantar ke tempat yang oleh medsos disebut sebagai bunker tempat persembunyian," tulisan Dahlan.
"Ternyata saya diajak ke basement. Ke ruang bawah tanah di bawah masjid itu. Betul. Bunker. Basement," lanjutnya.
Dahlan melihat bunker itu penuh dengan kayu jati, bahkan banyak yang masih berbentuk gelondongan. Itulah kayu untuk interior masjid.
Kayu jati itu sebagian sudah jadi lembaran yang kemudian diukir pakai mesin yang pisau ukirnya terhubung dengan pola yang ada di layar komputer.
Dahlan lantas menanyakan mengapa masjid yang dibangun di atas lahan begitu luas harus punya basement?
“Untuk tamu-tamu VIP. Mobil tamu VIP langsung ke basement. Lalu ke lantai 1 pakai lift atau eskalator," tulisan Dahlan mengutip penjelasan Abdul Halim.
Menurut Halim, Panji Gumilang sendiri yang membeli kayu jati itu sekian tahun lalu ke Bojonegoro, Cepu, dan sekitarnya.
Selanjutnya, Dahlan minta diantar ke bangunan yang menurut medsos adalah sinagog. Rumah ibadah agama Yahudi. Bangunan itu warna biru.
"Gedung inilah yang fotonya ditampilkan di medsos. Di medsos foto gedung ini ditempeli lambang sinagog. Di sini tidak ada logonya, kan," Dahlan mengutip ucapan Halim.
Dahlan kemudian diajak masuk ke bangunan "sinagog" itu untuk melihat sendiri apa isinya.
"Ternyata isi gedung itu mesin-mesin pengolah air. Masih baru. Belum beroperasi," kata Dahlan.
Konon di "sinagog" itulah akan diproduksi air minum Al Zaytun. Menambah kapasitas produksi air minum di tempat yang lama.
Kemudian, Dahlan menanyakan di mana gedung yang di medsos dibilang tempat pembuatan senjata.
Setelah diajak ke lokasi itu, Dahlan melihat tabung-tabung gas untuk las baja. Terlihat juga mesin-mesin bubut. Besi berserakan. Ada plang kecil bertulisan Al Abasyiah di bagian depan.
"Inilah bengkel pembuatan perabot sekolah. Atau bengkel untuk menyiapkan rangkaian baja bagi semua proyek di sana," sebutnya.(fat/disway/jpnn)
Artikel ini dikutip dari Disway edisi 21 Juli 2023 berjudul: Zaytun Sinagog
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Komentar
Posting Komentar