Sri Lanka Pertimbangkan Penggunaan Rupee India untuk Transaksi Dalam Negeri - trenasia

 

Sri Lanka Pertimbangkan Penggunaan Rupee India untuk Transaksi Dalam Negeri

m.trenasia.com
July 22, 2020

KOLOMBO - Sri Lanka sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk mengizinkan penggunaan rupee India dalam transaksi lokal. Hal ini merupakan upaya Sri Lanka dalam mengatasi kekurangan cadangan devisa dan pulih dari krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun lalu.

Melansir Associated Press, Menteri Luar Negeri Sri Lanka, Ali Sabry, menyatakan pada 22 Juli 2023 lalu bahwa langkah ini akan memungkinkan turis dan warga negara India lainnya untuk langsung menggunakan rupee India di negara Sri Lanka tanpa perlu melakukan konversi mata uang terlebih dahulu.

Sebagai mitra dagang terbesar, Sri Lanka mengimpor berbagai barang dari India, termasuk makanan, obat-obatan, bahan bangunan, mobil, pupuk, dan bahan kimia. Dilaporkan total perdagangan antara kedua negara pada tahun 2023 mencapai US$5,45 miliar atau setara dengan Rp81,75 triliun (kurs Rp15.000).

Sabry menyatakan bahwa menerima rupee India akan menguntungkan Sri Lanka karena mengurangi ketidakseimbangan perdagangan antara kedua negara yang cenderung menguntungkan India.

Sabry menyebutkan, "kami membutuhkan lebih banyak mata uang India, sehingga dengan adanya lebih banyak wisatawan dan orang India yang datang ke sini dan menggunakan rupee India, itu akan menguntungkan bagi kami."

Sebelumnya, Sabry dan Presiden Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, berkunjung ke India. Pada kunjungan tersebut, India dan Sri Lanka menandatangani sejumlah perjanjian dalam bidang energi, pembangunan, dan perdagangan, mencerminkan hubungan ekonomi yang semakin kuat di antara kedua negara tersebut.

Hubungan India dan Sri Lanka telah mengalami peningkatan sejak India memberikan bantuan selama krisis negara tersebut. India memberikan bantuan keuangan dan kemanusiaan yang sangat penting senilai lebih dari US$4 miliar (Rp60 triliun) kepada Sri Lanka. Selain itu India juga memberi bantuan berupa makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.

Selain itu, India juga menjadi kreditur pertama yang memberikan dukungan dalam upaya restrukturisasi utang Sri Lanka. Dukungan ini membantu memperoleh dukungan dari IMF, yang pada akhirnya menyetujui bantuan keuangan sebesar US$3 miliar (Rp45 triliun) pada bulan Maret.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya