Apa itu Lithium Ferro Phosphate atau LFP yang Ditanyakan Gibran? - CNN Indonesia

 Apa itu Lithium Ferro Phosphate atau LFP yang Ditanyakan Gibran?

CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia --

Sempat jadi polemik di debat cawapres, Lithium Ferro-Phosphate (LFP) terungkap merupakan salah satu logam yang banyak digunakan dalam baterai isi ulang lithium-ion.

Pada Minggu (21/1) malam, cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming sempat melontarkan pertanyaan terkait LFP kepada cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

"Paslon nomor 1 dan timsesnya sering gaungkan LFP, Lithium Ferro Phosphate. Saya enggak tahu ini pasangan nomor 1 ini anti-nikel apa gimana," kata Gibran, di Debat Cawapres Pilpres 2024, Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (21/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Moderator meminta Gibran untuk menjelaskan maksud LFP.

"Saya jelaskan juga enggak apa-apa. LFP, lithium fero phosphate, tadi sudah saya bilang, itu sering digaungkan Pak Tom Lembong," ujarnya, dengan nada meninggi.

"Semua ada etikanya, termasuk kita diskusi di sini bukan tebak-tebakan definisi atau singkatan. Kita levelnya policy dan kebijakan," respons Cak Imin, tanpa menjawab pertanyaannya.

Lalu apa sebenarnya LFP?

Yang disinggung Gibran ini terkait dengan unsur pada baterai lithium-ion sebagai penyimpanan energi listrik pada handphone, laptop, hingga kendaraan listrik atau electric vehicle.

Dalam makalah berjudul 'Review: Metode Sintesis Katoda LiFePO4 Baterai Lithium-Ion' karya Moch Khabibul Adi Rachmanto dkk. dari Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, LFP merupakan salah satu komponen penting baterai lithium ion yang bisa diisi ulang.

LFP, yang juga sering disebut Lithium Iron Phosphate, sendiri cuma salah satu dari beberapa jenis katoda yang lazim digunakan dalam baterai lithium. Katoda jenis lainnya adalah LNCA, LiCoO2, LiMn2O4, hingga LNCM.

Katoda adalah logam yang mengalami reduksi dengan menangkap elektron hasil dari oksidasi logam. Ini merupakan komponen penting dari baterai sekunder (isi ulang) untuk mendapatkan baterai dengan performa yang baik.

"LiFePOmerupakan salah satu katoda yang banyak digunakan sebagai komponen baterai sekunder berbasis lithium-ion," tulis para peneliti.

Apa keunggulannya?

Pertama, kata Rachmanto dkk., secara teoritis LiFePO4 mempunyai kapasitas energi yang tinggi, yaitu 170 mAh/g dan tegangan discharge 3,4 V.

Kedua, LiFePO4 memiliki stabilitas panas dan kimia yang tinggi, ekonomis, dan ramah lingkungan karena menggunakan meterial yang tidak beracun.

Ketiga, dibandingkan dengan ketoda lain, LiCoO2, biaya sintesis LFP lebih murah

Meski begitu, studi ini mengungkap kekurangan LFP. Yakni, konduktivitas rendah, laju difusi ion Li+ yang lambat, dan kerapatan energi yang rendah.

Untuk mengatasi kekurangan tersebut, hal-hal yang dapat dilakukan terhadap katoda adalah melapisi dengan karbon, mendoping dengan beberapa logam besi, mengurangi ukuran partikel, mensubtitusi kation aliovalen, hingga memodifikasi sintesis katoda LiFePO4.

"Sehingga, dengan modifikasi sintesis katoda dapat dihasilkan baterai lithium-ion yang memiliki kestabilan tinggi, performa siklus baik, dan mudah diproduksi," simpul para peneliti.

Cara produksi

Produksi atau sintesis LiFePO4 (LFP) bisa dilakukan dengan berbagai teknik, yakni sol-gel, presipitasi, dan solid state.

Mengingat semakin tingginya kebutuhan baterai, pengembangan baterai sekunder atau yang bisa diisi ulang pun semakin tinggi. Maka, produksi baterai lithium pun saat ini terbilang besar, karena merupakan jenis baterai yang bisa diisi ulang.

Pertama, sol gel adalah metode murah dengan temperatur yang rendah yang menghasilkan produk yang memiliki ketepatan stoikiometri, struktur seragam dengan ukuran partikel kecil, dan kemurnian yang tinggi.

Pada kasus tertentu, metode sol gel membutuhkan perlakuan lanjutan yang kompleks dan memakan waktu lama.

Kedua, presipitasi. Metode ini sangat mempengaruhi sifat material yang terbentuk seperti fase, impuritas, dan aglomerasi.

Ketiga, solid state. Metodenya sangat sederhana dengan menghasilkan reaksi kimia tanpa pelarut. Sintesis material katoda akan mempengaruhi performa elektrokimia pada baterai lithium-ion yang dihasilkan.

(tst/arh)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya