Cerita JK Cabut Hasil Survei dari Tangan Jokowi: Tak Usah Dibaca Pak - CNN Indonesia

 

Cerita JK Cabut Hasil Survei dari Tangan Jokowi: Tak Usah Dibaca Pak

CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla (JK) mengaku pernah mengambil laporan hasil survei yang sedang dibaca Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat Pilpres 2014.

Kala itu JK meminta Jokowi tak terlalu percaya dengan hasil survei. Ia meminta Jokowi untuk fokus bekerja keras menggenjot elektabilitas tanpa terpaku hasil survei.

"Dulu saya waktu yang Pak Jokowi, Pak Jokowi selalu tiap pagi baca (hasil survei) terus terang aja saya cabut dari tangannya 'ah tak usah baca ini pak' yang penting kita usaha keras tak usah tergantung kepada survei ini," kata JK dalam Podcast Political Show CNN Indonesia yang disiarkan Selasa, (23/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

JK menilai hasil survei tak bisa dipercaya sepenuhnya. Ia menyangsikan sebuah lembaga survei dapat merefleksikan pilihan ratusan juta pemilih Indonesia di Pemilu.

"Semua survei ini mana mungkin, buktinya sampai sekarang kalo lima survei, lima hasil yang sangat berbeda. Ada yang nomor satunya 15 ada yang 25 ada yang 30. Nomor dua ada yang 40 ada 48 tidak ada yang sama. Jadi yang mana kebenarannya itu tidak tahu juga," jelas dia.

JK menilai Pilpres 2024 mengarah untuk terjadi dua putaran. Hal itu terlihat melalui sambutan masing-masing pendukung paslon yang tak kontras ketika berkampanye.

"Kalau kita lihat di lapangan di masyarakat sambutan pada calon nomor 1 atau nomor 3 itu hampir sama saja dengan sambutan nomor 2. Jadi sebenarnya di pandangan masyarakat itu ada keseimbangan," ujar dia.

Pria yang juga pernah menjabat sebagai wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono itu menyebut wajar jika salah satu paslon meraih hasil elektabilitas yang tinggi dalam survei. Ia menyebut hal tersebut terjadi karena ada ketakutan di masyarakat untuk menyatakan perbedaan pilihan ketika disurvei.

"Karena nanti dia ditanya pilih ini wah nanti dipanggil polisi dipanggil camat dipanggil lurah. Jadi data data itu belum tentu sesuai dengan aslinya," jelas JK.

Respons Gerakan Satu Putaran Prabowo-Gibran

JK turut merespons gerakan satu putaran yang kerap digaungkan pasangan nomor urut 1 Prabowo-Gibran baik melalui narasi langsung atau alat peraga kampanye.

JK menilai manuver itu sah-sah saja untuk dilakukan sebagai trik-trik politik dalam Pemilu.

Ia menyebut hal itu bisa saja dilakukan untuk menggiring opini agar masyarakat tak menyumbang logistik dan dukungan kepada paslon yang kecil kemungkinan untuk menang.

"Itu kan trik-trik politik semua juga. Karena survei itu juga agar bisa terjadi ikut pemenang. Bandwagon effect dan tentu juga memiliki efek lain orang mau nyumbang buat 'ah but apa saya nyumbang kalah juga' seperti itu terjadi sejak lama begitu," ujar JK.

Simak video Political Show Podcast bersama Jusuf Kalla di bawah ini:

(mab/isn)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya