Kelompok Kurdi Kerap Dicap Dekat dengan Israel, Kenapa?
Jakarta, CNN Indonesia --
Kelompok etnis Kurdi kembali menjadi sorotan usai Turki dan Iran meluncurkan serangan ke beberapa target tempat mereka tinggal pada Senin (15/1).
Kementerian Pertahanan Turki dalam pernyataannya menyebut serangan itu menargetkan gua, tempat penampungan, depot amunisi, hingga gudang.
Kurdi merupakan salah satu penduduk asli dataran Mesopotamia dan kawasan dataran tinggi, yang kini berada di teritori Turki, Irak, hingga Suriah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kurdi juga kerap dicap dekat dengan Israel. Mengapa demikian?
Salah satu bukti "kedekatan" Kurdi dengan Israel adalah saat rezim Zionis itu menjadi satu-satunya negara yang mendukung pemisahan diri Kurdi dari Irak.
Mantan Presiden Regional Kurdistan (Kurdistan Regional Government/KRG) Masoud Barzani, bermimpi membangun tanah air bagi suku Kurdi di Irak.
Pada 25 September 2017, ia mendukung diadakannya Referendum Kemerdekaan Kurdi. Sebanyak 92 persen warga Kurdi memilih mendukung kemerdekaan, dan diharapkan menjadi jalan bagi perundingan kemerdekaan Kurdi dari Irak.
Namun langkah itu mendapat perlawanan dari sekutu internasional dan musuh di kawasan, kecuali satu negara, yakni Israel. Negara Yahudi itu menjadi satu-satunya negara di dunia yang mendukung negara Kurdi merdeka.
"Israel mendukung upaya sah rakyat Kurdi untuk mencapai negara mereka sendiri," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kala itu, seperti dilaporkan dalam dokumen Jerusalem Center for Public Affairs.
Penguatan hubungan antara Israel dan Kurdi Irak dimulai dengan pecahnya pemberontakan Kurdi, yang juga dikenal sebagai pemberontakan Barzani melawan rezim Irak pada 1961-1970.
Pada tahun 1960-an Israel juga menjadi satu-satunya negara yang datang membantu suku Kurdi Irak. Beberapa dekade kemudian, Israel juga menjadi satu-satunya negara yang secara terbuka mendukung hak kemerdekaan Kurdi.
Dilansir dari Al Jazeera, antusiasme Israel terhadap kemerdekaan Kurdi disebut bukan karena "belas kasihan" terhadap suku Kurdi di Irak mau pun di tempat lain.
Dukungan Israel terhadap pembentukan negara Kurdi yang merdeka disebut semata-mata dilatarbelakangi oleh alasan geopolitik.
Israel disebut ingin mengamankan aliran pasokan minyak dari Daerah Otonomi Kurdi, dan membangun entitas pro-Israel.
Israel sudah mengimpor 77 persen pasokan minyak dari wilayah Kurdi di Irak. Impor ini sangat penting bagi Israel karena mereka tak punya akses atas sumber daya alam negara-negara Teluk yang kaya minyak.
Selain itu, Israel juga meyakini bahwa negara Kurdi yang mereka bisa jadi "pijakan" bagi militer dan intelijen Israel, sehingga memberi pengaruh terhadap Iran, Suriah dan Irak.
Pilihan Redaksi
Israel disebut memandang negara Kurdi di masa depan sebagai sekutu non-Arab yang potensial di kawasan kita.
Sebagai bagian dari doktrin ini, Israel beberapa kali menghubungi pemimpin Kurdi Mustafa Barzani, selama masa jabatannya. Hasil dari upaya itu, Barzani berkunjung Israel dua kali pada tahun 1968 dan 1973.
Selama agresi Israel ke Gaza yang dimulai pada 7 Oktober lalu, Kurdi juga lebih memilih bungkam atas aksi genosida itu.
Menurut New Arab, baik itu pihak KRG maupun partai-partai penguasa Kurdi belum juga menyatakan sikap formalnya tentang perang tersebut.
Bungkamnya KRG diduga berkaitan dengan sikapnya yang ingin tetap netral, lantaran Amerika Serikat yang merupakan sekutu Israel, selama ini membayar gaji bulanan kepada 30 ribu pejuang KRG Peshmerga di 13 brigade.
Amerika Serikat telah memberikan bantuan militer dan keuangan, serta pelatihan kepada pasukan Peshmerga sejak 2014.
(dna)
Komentar
Posting Komentar