Mengenal Demo Rompi Kuning Prancis yang Diwanti-wanti Gibran di Debat
Jakarta, CNN Indonesia --
Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyinggung demo rompi kuning di Prancis dalam Debat Cawapres di JCC, Jakarta, pada Minggu (21/1).
Gibran sedikit membahas demo rompi kuning di Prancis saat berdebat dengan cawapres no urut 3 Mahfud MD terkait ancaman greenflation.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gibran mengatakan sebelum transisi energi diterapkan, pemerintah juga harus mengantisipasi dampak-dampak lainnya salah satunya risiko greenflation yang kerap memicu pergolakan dalam masyarakat lantaran biaya dan harga komoditas menjadi lebih mahal.
Greenflation merujuk pada kenaikan harga (inflasi) yang terjadi karena upaya transisi energi.
"Greenflation itu, kita kasih contoh yang simple saja. Demo rompi kuning di Prancis. Bahaya sekali. Sudah memakan korban. Ini yang harus diantisipasi. Jangan sampai terjadi di Indonesia. Belajar dari negara maju," jelas Gibran ke Mahfud.
Gerakan rompi kuning mulai mencuat di Prancis pada Oktober 2018 sebelum akhirnya pecah menjadi aksi unjuk rasa besar-besaran pada 17 November 2018.
Protes dipicu oleh kenaikan pajak bahan bakar solar dan harga bahan bakar fosil yang membuat biaya hidup hingga kesenjangan ekonomi di Prancis makin kentara.
Saat itu, setidaknya lebih dari 300 ribu orang berdemonstrasi di Paris yang terdiri dari buruh hingga petugas medis dan pelajar.
Sejak itu, banyak yang melanjutkan aksi blokade massa yang menyebabkan kemacetan dan kelangkaan bahan bakar menjelang musim libur. Peserta terus menggelar aksi protes setiap Sabtu hingga kini.
Dikutip NPR, di beberapa wilayah, demonstrasi berlangsung rusuh hingga menyebabkan 11 orang tewas dan sekitar 4 ribu orang terluka.
Demonstrasi itu dipicu oleh sistem pajak yang memberatkan yang tidak sepadan dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Pajak bahan bakar tersebut merupakan strategi Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk membiayai pengembangan energi bersih.
Pilihan Redaksi
Peserta mengenakan rompi berwarna kuning terang yang biasa digunakan sebagai bagian dari prosedur keselamatan sopir-sopir Prancis. Hal itu mencerminkan kesetiakawanan terhadap kelas pekerja dan rakyat jelata.
Dalam aksi tersebut, peserta demo menuntut kenaikan upah minimum, peningkatan kualitas hidup, hingga transparansi pemerintah.
Demonstrasi yang awalnya memprotes kenaikan harga BBM dan pajak lambat laun berubah menjadi gerakan memberontak terhadap pemerintahan Macron.
Gerakan rompi kuning ini pun menjadi salah satu tantangan paling besar bagi Macron selama memerintah Prancis.
(rds)
Komentar
Posting Komentar