Pertempuran Hizbullah dan IDF di Perbatasan Israel Makin Ganas, Lebanon Colek Rusia - Halaman all
Pertempuran Hizbullah di Perbatasan Israel Makin Ganas, Lebanon Colek Rusia
TRIBUNNEWS.COM - Eskalasi pertempuran di Perbatasan Lebanon dan Palestina yang diduduki Israel, dilaporkan meningkat seiring adu tembak dan roket yang kian gencar dari militer kedua pihak.
Milisi Hizbullah Lebanon menegaskan, turut serta dalam Perang Gaza sejak 8 Oktober untuk mendukung perjuangan milisi perlawanan Palestina.
Pernyataan itu diwujudkan dengan serangan-serangan ke kibbutz (permukiman) Israel dan fasilitas militer IDF di sepanjang perbatasan.
Israel membalas dengan menggencarkan pengeboman ke desa-desa dan wilayah Beirut.
Di tengah panasnya situasi tersebut, Menteri Luar Negeri sementara Lebanon, Abdallah Bou Habib dilaporkan meminta bantuan Rusia.
Bantuan yang diharapkan Lebanon ke Rusia tersebut adalah peran serta Moskow dalam upaya de-eskalasi untuk mencegah perang regional.
“Sekarang, sulit untuk membicarakan proses perdamaian apa pun… Perang saat ini sedang terjadi [di Gaza], dan bentrokan bersenjata (Hizbullah Lebanon) dengan tentara Israel di Lebanon selatan sedang terjadi,” kata Bou Habib kepada media Rusia setelah pertemuan selama tiga jam tersebut.
“Jika ada peluang untuk perdamaian, Rusia (menyatakan) akan berupaya mewujudkan perdamaian dalam hal apa pun,” tambahnya.
Bou Habib kemudian menyatakan harapannya kalau Rusia akan “melanjutkan upaya baiknya bersama negara-negara sahabatnya di kawasan untuk mengurangi eskalasi dan ketegangan, yang akan berdampak positif pada stabilitas dan kondisi dalam negeri Lebanon.”
Adapun Lavrov, mengutip keterangan dari Kementerian Luar Negeri Rusia, menekankan selama pertemuan tersebut kalau keterlibatan negara-negara lain, termasuk Lebanon, dalam perang yang sedang berlangsung antara Israel dan berbagai faksi perlawanan Palestina “tidak dapat diterima,”.
Menteri luar negeri Rusia menambahkan, perlu ada penerapan “gencatan senjata segera” di Gaza, mengingat sangat dibutuhkannya bantuan kemanusiaan untuk memasuki wilayah kantong tersebut.
Dia juga meyakinkan Bou Habib tentang komitmen Rusia terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Lebanon.
Menteri Luar Negeri Rusia menyampaikan terima kasih atas sikap seimbang (netral) Lebanon terhadap konflik Ukraina.
Lavrov dan Bou Habib menekankan penghormatan terhadap hak asasi manusia di semua konflik dan menghindari standar ganda.
Selain deeskalasi regional, kedua menteri membahas lebih lanjut pembangunan hubungan kedua negara.
“Kami memaparkan situasi kami di Lebanon sehubungan dengan tantangan politik dan ekonomi, dan kami menyinggung langkah-langkah paling penting yang sedang dilakukan dalam hal ini, termasuk kesepakatan mengenai program dukungan dengan Dana Moneter Internasional, yang bertepatan dengan pelaksanaan reformasi yang diperlukan, khususnya di sektor ketenagalistrikan dan perbankan, serta restrukturisasi sektor publik,” kata Bou Habib.
Bou Habib memberikan peringatan kepada Israel awal pekan ini setelah Israel mengancam akan memulai perang, dengan mengatakan kalau “perang tidak akan menjadi sebuah piknik (bagi Israel).”
Dalam pidato Bou Habib pada pertemuan tingkat Menteri Dewan Keamanan PBB, menteri luar negeri Lebanon menyebut konflik yang sedang berlangsung di Asia Barat sebagai masalah sejarah.
“Dari generasi ke generasi dan selama beberapa dekade, kawasan kami belum menikmati perdamaian atau keamanan,” kata menteri Lebanon.
“Konflik ini telah menjadi warisan kebencian, kepahitan, dan kekerasan yang terus meningkat, yang diwariskan dari generasi ke generasi.”
“Perang yang sedang berlangsung […] telah membuktikan bahwa kita harus menemukan solusi akhir terhadap masalah Palestina karena ini adalah kunci perdamaian dan pintu gerbang keamanan di [Asia Barat],” tambahnya.
(oln/tc/*)
Komentar
Posting Komentar