Petani Thailand Lebih Memilih Merantau ke Israel meskipun Konflik Memanas - Kompas

Petani Thailand Lebih Memilih Merantau ke Israel meskipun Konflik Memanas

Kompas.com - 23/01/2024, 11:12 WIB
Tentara Israel menunggangi tank di dekat perbatasan Jalur Gaza, Palestina, pada 31 Desember 2023 saat perang Israel-Hamas.
Lihat Foto
Tentara Israel menunggangi tank di dekat perbatasan Jalur Gaza, Palestina, pada 31 Desember 2023 saat perang Israel-Hamas.(AFP/MENAHEM KAHANA)

BANGKOK, KOMPAS.com - Pria bernama Bowon Nonthasi sudah merasa sedikit mual saat mengemasi tas travelnya.

Dia bersiap untuk meninggalkan kampung halamannya di Thailand dan kembali ke Israel dalam beberapa hari mendatang.

“Kemiskinan di Thailand membuat saya lebih takut daripada perang Israel-Hamas,” katanya.

Kerabat di belakangnya mengangguk setuju.

Bowon sedang bekerja di ladang kibbutz, sebuah komunitas pertanian di Israel, dekat Jalur Gaza ketika Hamas melancarkan serangkaian serangan teror besar di Israel selatan pada 7 Oktober.

Hamas, kelompok Islam yang menguasai Gaza, ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Uni Eropa, Jerman, Amerika Serikat, dan pemerintah lainnya.

Bowon lolos dari serangan itu karena dia harus bangun pagi-pagi hari itu dan berangkat bekerja paruh waktu.

Selama serangan di kibbutz Holit, Hamas menghancurkan tempat tinggal para pekerja tamu Thailand dan membunuh sedikitnya 12 orang di sana.

“Bos saya di Israel sangat menginginkan saya kembali bekerja di lapangan,” kata pria berusia 34 tahun ini, seperti dilansir dari DW.

Bowon menambahkan bahwa dia tidak punya pilihan lain, seraya menunjuk pada kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup mengingat rendahnya upah pekerja pertanian di timur laut Thailand.

“Saya mempunyai dua anak perempuan, berusia 5 dan 8 tahun. Kami juga sedang membangun rumah kami sendiri, yang belum selesai," tambahnya.

Bowon bukan satu-satunya orang di Thailand yang mempertimbangkan untuk kembali ke Israel.

Sejak awal tahun ini, sekitar 2.500 pekerja Thailand telah melakukan perjalanan ke Israel, kata Kav LaOved, sebuah LSM, kepada DW.

Tidak jelas berapa banyak dari mereka yang kembali dan berapa banyak pendatang baru, katanya. Namun yang jelas, Israel sangat membutuhkan pekerja panen.

Sektor pertanian di negara ini menghadapi kekurangan tenaga kerja yang akut, yang menyebabkan sayur-sayuran dan buah-buahan semakin membusuk di ladang, karena hampir tidak ada orang yang memetiknya.

Masalah ini sangat penting di wilayah sekitar Jalur Gaza, yang juga dikenal sebagai kebun sayur-sayuran Israel.

75 persen sayuran yang ditanam di negara tersebut berasal dari sana.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Sebelumnya

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya