Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Tujuh Prioritas Isu Lingkungan untuk Debat Pilpres - detik

 

Tujuh Prioritas Isu Lingkungan untuk Debat Pilpres

By Steph Subanidja, Adi Darmawan
detikcom
January 19, 2024
Foto ilustrasi: Uje Hartono
Foto ilustrasi: Uje Hartono
Jakarta -

Pada Environment Deputies Meeting Agustus dua tahun lalu di Bali disepakati 7 prioritas isu lingkungan yang dijadikan agenda dunia khususnya G20. Lantas, apa saja 7 isu prioritas tersebut dan bagaimana alternatif solusi serta seberapa intens 7 isu ini akan menjadi perhatian pada debat keempat Pilpres 2024 yang akan menampilkan ketiga cawapres, Minggu (21/1)?

Isu pertama adalah kerusakan lahan. Kerusakan lahan ini dapat memiliki dampak serius terhadap keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan manusia. Penebangan hutan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem hutan, kehilangan keanekaragaman hayati, dan berdampak negatif pada siklus air dan iklim.

Praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, seperti monokultur dan penggunaan pestisida secara berlebihan, dapat menyebabkan erosi tanah. Ini dapat mengurangi kesuburan tanah dan merusak struktur tanah. Perubahan iklim, overgrazing oleh hewan ternak, dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan lahan menjadi gersang dan tidak dapat digunakan, mengakibatkan desertifikasi.

Penggunaan bahan kimia pertanian, limbah industri, dan sampah domestik dapat mencemari tanah, mengurangi kualitasnya dan membahayakan organisme tanah serta air tanah. Penggundulan hutan untuk mendapatkan kayu atau memberikan ruang bagi perluasan pertanian dapat menyebabkan hilangnya habitat, mengurangi keanekaragaman hayati, dan memicu perubahan iklim. Konversi lahan dari hutan atau tanah pertanian menjadi perkotaan atau industri dapat menyebabkan hilangnya habitat alami, meningkatkan polusi udara dan air, serta merusak ekosistem.

Perubahan iklim global dapat menyebabkan pergeseran pola hujan, kenaikan suhu, dan perubahan lain yang dapat merusak kondisi lahan dan mempengaruhi produktivitas pertanian. Pengelolaan lahan yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan lahan menjadi tidak produktif dan sulit untuk dihidupi oleh tanaman atau hewan.


Penanganan kerusakan lahan memerlukan pendekatan holistik dan berkelanjutan dengan melibatkan praktik pertanian berkelanjutan, pengelolaan hutan yang bijaksana, dan perlindungan terhadap lahan-lahan yang rentan. Upaya konservasi dan restorasi lahan juga sangat penting untuk mengatasi dampak kerusakan lahan yang sudah terjadi. Selain itu, perlunya kesadaran dan tindakan bersama dari masyarakat, pemerintah, dan industri untuk mencapai keberlanjutan lingkungan.

Isu kedua adalah kehilangan keanekaragaman hayati. Penebangan hutan berlebihan untuk keperluan kayu, pertanian, dan pembangunan infrastruktur dapat menghancurkan habitat alami dan merugikan flora serta fauna yang bergantung pada hutan. Perubahan iklim dapat mempengaruhi distribusi dan keseimbangan ekosistem, menyebabkan migrasi atau kepunahan spesies tertentu yang tidak mampu beradaptasi dengan cepat.

Pencemaran air, udara, dan tanah dapat merugikan organisme hidup dan menyebabkan penurunan kualitas habitat, serta dapat menyebabkan berkurangnya populasi dan kerugian keanekaragaman hayati. Perubahan penggunaan lahan, urbanisasi, dan perluasan pertanian dapat menyebabkan fragmentasi habitat, mengisolasi populasi dan menyulitkan pergerakan serta pertukaran genetik antara spesies.

Penangkapan ikan berlebihan, perburuan liar, dan eksploitasi sumber daya alam lainnya tanpa pengelolaan yang berkelanjutan dapat menyebabkan penurunan populasi dan bahkan kepunahan. Penggunaan pestisida dan herbisida yang berlebihan, serta praktik pertanian intensif yang kurang berkelanjutan, dapat merusak lingkungan dan berdampak negatif pada keanekaragaman hayati.


Perubahan penggunaan lahan dan polusi air dapat merusak ekosistem air tawar, mengancam spesies ikan dan organisme air lainnya. Perdagangan ilegal satwa liar untuk keperluan konsumsi, obat tradisional, atau hewan peliharaan dapat menyebabkan penurunan populasi dan risiko kepunahan. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya keanekaragaman hayati dapat menyebabkan kurangnya dukungan untuk melindunginya.

Upaya untuk mengatasi kehilangan keanekaragaman hayati adalah dengan melibatkan perlindungan habitat alami, pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan, pelestarian spesies yang terancam, serta pendekatan kolaboratif antara pemerintah, organisasi lingkungan, dan masyarakat. Konservasi dan restorasi habitat, serta pendidikan dan kesadaran masyarakat, menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan keanekaragaman hayati di seluruh dunia.

Isu ketiga adalah sampah di laut. Fragmen kecil plastik ukuran mikroskopis dapat meracuni organisme laut dan akhirnya masuk ke rantai makanan. Sampah plastik besar yang terapung di permukaan laut dapat membahayakan satwa laut, seperti penyu, ikan, dan mamalia laut, yang dapat mengonsumsinya atau terjebak di dalamnya. Organisme laut dapat terperangkap atau mengonsumsi sampah plastik, yang dapat menyebabkan penyumbatan jalan napas dan akhirnya kematian.

Sampah laut dapat merusak terumbu karang, dan ekosistem lainnya yang penting untuk keberlanjutan kehidupan laut. Mikroplastik dalam rantai makanan laut dapat memiliki dampak pada kesehatan manusia saat konsumsi ikan dan produk laut lainnya. Pencemaran sampah laut dapat merugikan industri perikanan dan pariwisata, mengancam mata pencaharian dan pendapatan masyarakat pesisir.

Sebagian besar sampah laut berasal dari daratan melalui sungai-sungai. Sampah-sampah ini dapat mencapai laut dan menciptakan masalah di sana. Kebiasaan buruk dalam pembuangan sampah, penggunaan plastik sekali pakai, dan kurangnya kesadaran akan dampaknya dapat memperparah masalah ini.

Meningkatkan sistem pengelolaan sampah darat dan meningkatkan program daur ulang dapat membantu mengurangi jumlah sampah yang mencapai laut. Kampanye pendidikan dan kesadaran masyarakat dapat membantu mengubah perilaku konsumen dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Perlu adanya kerja sama global dalam menangani masalah sampah laut ini, termasuk pengelolaan sampah bersama, penelitian, dan regulasi internasional. Upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat umum, diperlukan untuk mengatasi masalah serius ini dan melindungi keberlanjutan ekosistem laut serta kesejahteraan manusia.

Isu keempat adalah pengelolaan air. Pencemaran air oleh limbah industri, pertanian, dan domestik dapat mengancam kualitas air dan menyebabkan kerugian ekosistem air serta potensi ancaman kesehatan manusia. Penggunaan dan eksploitasi berlebihan terhadap ekosistem air, seperti sungai dan danau, dapat merusak keberlanjutan ekosistem dan mengarah pada hilangnya spesies air.

Kurangnya efisiensi dalam pengelolaan air di sektor pertanian, industri, dan perkotaan dapat menyebabkan pemborosan air yang signifikan. Perubahan iklim dapat mempengaruhi pola curah hujan, mempercepat penguapan, dan menyebabkan perubahan lainnya yang mempengaruhi siklus air, menghadirkan tantangan baru dalam pengelolaan air. Pembangunan yang tidak terkendali, termasuk urbanisasi cepat dan perubahan lahan, dapat merusak ekosistem air dan menyebabkan peningkatan risiko banjir.

Pendekatan terpadu mencakup berbagai aspek seperti konservasi air, efisiensi dalam penggunaan air, pengelolaan limbah, pelestarian ekosistem air, dan perencanaan tata ruang adalah sebuah pilihan bijak. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil sangat penting untuk mencapai pengelolaan air yang berkelanjutan dan menjaga keberlanjutan sumber daya air bagi generasi mendatang.

Isu kelima adalah konsumsi berkelanjutan dan efisiensi sumber daya. Masyarakat saat ini acapkali terjerat dalam pola konsumsi berlebihan, yang mendorong produksi barang dan layanan dalam jumlah besar. Ini menciptakan tekanan pada sumber daya alam. Budaya pemborosan dan pemakaian sekali pakai menyebabkan peningkatan limbah dan kerugian sumber daya. Penebangan hutan yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan kayu, kertas, dan pertanian. Penangkapan ikan yang melebihi kapasitas pemulihan populasi ikan. Eksploitasi sumber daya mineral dan bahan bakar fosil tanpa pertimbangan keberlanjutan adalah masalah isu kelima ini.

Pengembangan teknologi yang lebih efisien dalam penggunaan sumber daya dapat membantu mengurangi dampak negatif. Sistem yang lebih baik dalam pengelolaan limbah dapat mengurangi pencemaran dan membantu dalam daur ulang. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konsumsi berkelanjutan. Penerapan kebijakan yang mendorong praktik bisnis dan produksi berkelanjutan. Mendukung inisiatif dan teknologi yang mendukung penggunaan sumber daya secara efisien.

Kerja sama antarnegara untuk menangani masalah ini, termasuk perjanjian tentang perlindungan lingkungan dan sumber daya alam. Migrasi ke ekonomi yang lebih berkelanjutan dengan meminimalkan limbah dan memaksimalkan penggunaan kembali sumber daya. Penyelesaian masalah ini membutuhkan upaya bersama dari semua pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Pergeseran menuju konsumsi dan produksi yang lebih berkelanjutan menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup dan kesejahteraan sosial.


Isu keenam adalah keuangan berkelanjutan. Bisnis yang terkait dengan sektor-sektor yang rentan terhadap perubahan iklim dapat mengalami risiko kredit yang signifikan. Kerugian keuangan yang timbul dari peristiwa lingkungan yang merusak, seperti banjir, badai, atau kebakaran hutan. Banyak kegiatan ekonomi tidak memasukkan biaya eksternal lingkungan mereka sepenuhnya, menyebabkan ketidakpastian ekonomi di masa depan.

Bisnis dan investasi yang tidak mempertimbangkan risiko iklim dapat menghadapi penurunan nilai aset mereka. Perubahan regulasi dan kebijakan pemerintah terkait iklim dapat menciptakan ketidakpastian hukum yang dapat mempengaruhi sektor keuangan. Kesenjangan antara kelompok sosial dan ekonomi dapat menciptakan ketidakstabilan dan konflik sosial, mengancam stabilitas keuangan. Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dapat menciptakan risiko ketidakstabilan sosial, yang pada gilirannya dapat berdampak pada kestabilan keuangan.

Investasi dalam aset yang berkaitan dengan energi fosil dapat menjadi berisiko tinggi karena kemungkinan pergeseran ke arah energi bersih dan rendah karbon. Nilai aset tertentu, terutama yang terkait dengan sumber daya fosil, mungkin akan tergerus karena perubahan kebijakan dan teknologi. Perkembangan teknologi keuangan dapat membawa risiko keamanan digital, seperti serangan siber dan pencurian data keuangan.

Pandemi atau krisis kesehatan dapat menciptakan ketidakpastian bisnis yang signifikan, mempengaruhi stabilitas ekonomi dan keuangan. Praktik bisnis yang tidak transparan atau etika bisnis yang meragukan dapat menciptakan risiko reputasi dan keuangan.


Penyelesaian masalah keuangan berkelanjutan melibatkan integrasi pertimbangan lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan. Institusi keuangan, perusahaan, dan pemerintah harus bekerja sama untuk membangun sistem keuangan yang lebih berkelanjutan dan tahan terhadap tantangan masa depan.

Isu ketujuh adalah perlindungan laut. Penangkapan ikan berlebihan dapat menyebabkan penurunan populasi ikan dan merusak ekosistem laut. Praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan dapat mengancam keberlanjutan sumber daya perikanan. Pencemaran laut oleh limbah industri, limbah pertanian, dan sampah plastik dapat merusak ekosistem laut dan berdampak negatif pada kehidupan laut, termasuk ikan, mamalia laut, dan organisme lainnya.

Pemanasan global dan perubahan iklim dapat mempengaruhi kondisi laut, termasuk peningkatan suhu laut, asam laut, dan perubahan pola arus laut. Hal ini dapat merugikan terumbu karang, makhluk laut, dan ekosistem laut lainnya. Aktivitas manusia seperti penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, penambangan pasir, dan peningkatan suhu laut dapat merusak terumbu karang. Terumbu karang yang sehat sangat penting bagi keanekaragaman hayati laut.

Kecelakaan kapal dan pembuangan limbah bahan bakar atau minyak dapat mencemari laut dan membahayakan kehidupan laut. Minyak yang tumpah ke laut dapat merusak ekosistem dan mengancam berbagai spesies. Pertambangan dasar laut untuk mineral seperti nikel, kobalt, dan tembaga dapat merusak habitat laut dan mempengaruhi organisme laut yang hidup di sekitarnya. Lalu lintas kapal dan kegiatan perdagangan internasional dapat menyebabkan kecelakaan, tumpahan minyak, dan suara bising yang mengganggu kehidupan laut.


Upaya perlindungan laut melibatkan kerja sama internasional, pembuatan kebijakan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya perikanan secara bijaksana, serta inovasi dalam teknologi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan laut. Organisasi internasional, pemerintah, dan masyarakat sipil memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan dan kesehatan ekosistem laut.

Mampukah Indonesia menjalankan prioritas-prioritas ini? Kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan lembaga internasional dapat menjadi kunci untuk mencapai hasil yang signifikan. Keberlanjutan dan implementasi kebijakan secara konsisten akan menjadi faktor penting dalam mencapai tujuan lingkungan yang diinginkan.

Prof. Steph Subanidja Guru Besar Perbanas Institute dan Adi Darmawan akademisi dan praktisi komunikasi


(mmu/mmu)

Posting Komentar

0 Komentar