25 Hektare Sawah di Klaten Tergenang Banjir, Petani Rugi Jutaan Rupiah - Beritasatu

 

25 Hektare Sawah di Klaten Tergenang Banjir, Petani Rugi Jutaan Rupiah

Kamis, 1 Februari 2024 | 23:24 WIB
JL
BW
Sekitar 25 hektare sawah di Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah terendam banjir akibat Sungai Pleret meluap setelah diguyur hujan lebat, Kamis 1 Februari 2024.
Sekitar 25 hektare sawah di Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah terendam banjir akibat Sungai Pleret meluap setelah diguyur hujan lebat, Kamis 1 Februari 2024. (Beritasatu.com/Joko Laksono)

Klaten, Beritasatu.com - Sekitar 25 hektare sawah di Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah terendam banjir akibat Sungai Pleret meluap setelah diguyur hujan lebat.

ADVERTISEMENT

Menurut warga Desa Ngandong, Kecamatan Gantiwarno, Tugino (58), air yang menggenangi area persawahan tidak hanya berasal dari sungai dari wilayah  Kabupaten Klaten, tetapi juga berasal dari wilayah Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta.    

“Jadi air yang menggenangi persawahan tersebut dari Sungai Dengkeng dan Sungai Plret. Ditambah air dari wilayah Gunungkidul,” katanya saat ditemui Beritasatu.com, Kamis (1/2/2024).

BACA JUGA
ADVERTISEMENT

Tugino mengatakan, tanaman padi baru umur dua minggu hingga tiga minggu. Akibat terendam air itu, petani mengalami kerugian jutaan rupiah.  

“Kalau dihitung-hitung perbagian atau pergarapan kerugiannya Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per garapan. Kalau perkiraan saya 25 hektare lebih yang terendam banjir,” ujar dia.  

Hingga sampai saat ini, air masih terus menggenangi tanaman padi, lantaran hujan masih terus terjadi dan air sungai terus mengalir masuk ke persawahan.

“Genangan air di sawah itu sudah dua hari ini, terhitung sejak hari Rabu (31/1/2024). Genangan air itu hingga menutup tanaman padi. Kalau untuk surutnya kayaknya lama, sebenarnya kejadian ini terjadi setiap tahun, tetapi ini yang paling parah,” kata dia.

BACA JUGA

Sunarno, warga setempat, mengatakan, banjir yang menggenangi area persawahan tersebut sudah terjadi setiap tahunnya saat musim penghujan.

“Ini tidak tahu, surutnya kapan. Karena airnya mengalir terus ke persawahan, selain itu intensitas hujan juga masih tinggi. Ya, kalau petani jelas rugi, bisa jadi nanti tanam ulang, atau tanam sulam,” pungkasnya.

Komentar

Opsi Media Informasi Group

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsiin

Opsitek