Awali Invasi Besar di Rafah, Israel Minta Mesir Dirikan 'Kota Tenda' di Gaza - Tribunnews

 Awali Invasi Besar di Rafah, Israel Minta Mesir Dirikan 'Kota Tenda' di Gaza

Yunita Rahmayanti

TRIBUNNEWS.COM - Israel dikabarkan mengusulkan pembangunan kota tenda yang luas di Gaza.

Kota tenda itu rencananya untuk memindahkan warga Palestina dari Kota Rafah menuju Gaza.

Rencananya, pendirian kota tenda akan didanai oleh sekutu Israel, Amerika Serikat (AS), dan mitra-mitranya di Timur Tengah.

Israel meminta kota tenda ini didirikan sebelum invasi ke Rafah di Jalur Gaza bagian selatan, meski kemarin Israel telah melancarkan serangan udara yang menewaskan ratusan warga Palestina.

Proposal itu, yang diajukan kepada Mesir dalam beberapa hari terakhir, muncul ketika pemerintahan Presiden AS Joe Biden memperingatkan Israel agar tidak memasuki Rafah tanpa strategi untuk melindungi warga sipil.

"Operasi militer di Rafah tidak boleh dilanjutkan tanpa rencana yang kredibel untuk memastikan keselamatan dan dukungan bagi lebih dari satu juta orang yang berlindung,” kata Presiden Biden pada Senin (12/2/2024).

Media AS, The Wall Street Journal, mengatakan Israel mengajukan proposal tersebut ke Mesir setelah Mesir menolak upaya Israel untuk melakukan operasi militer di Rafah.

Mesir mengatakan operasi militer di Rafah akan mengakibatkan dampak yang mengerikan.

Lebih dari satu juta warga Palestina berada di Rafah setelah mengungsi dari berbagai wilayah di Jalur Gaza.

"Usulan evakuasi Israel mencakup pendirian 15 tempat perkemahan yang masing-masing berkapasitas sekitar 25.000 tenda di bagian barat daya Jalur Gaza," kata para pejabat Mesir. 

Para pejabat menjelaskan Mesir akan bertanggung jawab untuk mendirikan kamp-kamp tersebut, dan fasilitas-fasilitas di dalamnya, termasuk rumah sakit lapangan serta fasilitas air dan sanitasi sementara.

"Mesir akan bertanggung jawab mendirikan kamp dan rumah sakit lapangan," lanjutnya.

Baca juga: Serangan di Rafah Bukti Baru Israel Telah Melanggar Hukum Internasional, Bom Ciptakan Cekungan Besar

Mesir tidak berkomentar secara terbuka mengenai usulan Israel tersebut, sementara Kantor Perdana Menteri Israel menolak mengomentari rencana tersebut.

Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan lebih dari 100 orang tewas dalam serangan di Rafah pada Senin (12/2/2024) malam.

Serangan udara itu menghancurkan Masjid Al-Huda di kamp Yibna, dan Masjid Al-Rahma di kamp Shabura, serta 14 rumah tempat tinggal di beberapa wilayah di kota tersebut.

Hamas Palestina vs Israel

Segera setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), Israel mulai membombardir Jalur Gaza.

Jumlah kematian warga Palestina di Jalur Gaza mencapai 28.340 jiwa dan 67.984 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (12/2/2024),1.147 kematian di wilayah Israel, dan 375 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Selasa (30/1/2024), dikutip dari Anadolu.

Israel memperkirakan masih ada kurang lebih 136 sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya