Bapanas: Input produksi faktor strategis produktivitas pertanian
Jakarta (ANTARA) - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut bahwa input produksi merupakan faktor strategis yang mendukung peningkatan produktivitas pertanian di Indonesia, dan menjadi landasan utama dalam mencapai ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi di Jakarta, Rabu mengatakan peningkatan produksi pangan menjadi salah satu aspek penting dalam menghadirkan ketahanan pangan berkelanjutan.
“Untuk mewujudkan hal tersebut, input sarana dan prasarana produksi menjadi faktor strategis bagi peningkatan produktivitas pertanian yang berkelanjutan,” kata Arief.
Arief menyampaikan bahwa input produksi seperti pupuk, benih, obat-obatan, kualitas lahan, pengairan, tenaga kerja, alat mesin pertanian, hingga dukungan penyuluhan memiliki peran yang sangat terkait dengan tingkat produksi yang diharapkan.
Ia menekan hal itu dalam Seminar Nasional Hasil Riset "Penguatan Faktor Input Pertanian dan Reformasi Tata Niaga Pupuk untuk Ketahanan Pangan dan Keberlanjutan Usaha Pertanian" yang diselenggarakan oleh Nagara Institute.
Arief memaparkan bahwa salah satu kunci utama bagi peningkatan produksi pangan antara lain detail target produktivitas pertanian, pemanfaatan asuransi pertanian, detail 26 ribu outlet pupuk, dan pelaksanaan di lapangan oleh pemerintah daerah.
“Lalu pemberian reward bagi kepala daerah, penerapan penanggung jawab wilayah dan gerakan penyuluh pertanian, hingga optimalisasi peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL),” ujar Arief.
Terkait dengan pengembangan 26 ribu outlet pupuk, Arief mengungkapkan penggunaan sistem digitalisasi akan memberikan kemudahan, sehingga bisa diketahui berapa stoknya di masing-masing outlet
Sementara ke depannya proporsi pupuk komersial akan dibesarkan dibandingkan dengan pupuk subsidi, mengingat Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sudah semakin membaik.
"Kalau harga gabahnya itu baik, pupuk komersial akan lebih dibesarkan porsinya. Subsidi bisa subsidi in atau subsidi out, mana nanti kita biasa pilih. Tetapi ini sekarang sedang diupayakan bahwa pupuk itu komersial," jelasnya.
Arief mengungkapkan selaras dengan upaya penguatan produksi pangan di sisi hulu, kesinambungannya akan ditentukan oleh optimalisasi peran dan fungsi BUMN pangan di sisi hilir, sehingga terbangun model ekosistem pangan nasional yang mendukung program penguatan ketahanan pangan dan gizi untuk mewujudkan Generasi Emas 2045.
"Produksi pangan di hulu itu penting, dan kita semua memikirkan hilirisasi produknya. Namun nanti ke depan sudah ada semua yang off take berasnya, sayurnya, ayamnya, ini sudah ada yang off take. Positifnya, hilirnya sudah siap." ujar Arief.
Arief menambahkan bahwa jika Kementerian Pertanian berfokus pada peningkatan produksi pertanian maka Badan Pangan Nasional bersama BUMN di bidang pangan menyiapkan gudang penyimpanan (storage).
“Jadi itu giat ekonominya nanti pertanian kita akan banyak nandur (tanam), otomatis pupuknya perlu, GPS (Grand Parent Stock), DOC (Day Old Chicken), susu sapi perah. Itu nanti giatnya akan luar biasa, tapi harus didetailkan satu per satu," tambahnya.
Terkait dengan kebijakan importasi beras, Arief mengungkapkan kebijakan tersebut merupakan keputusan pahit yang harus dilakukan demi menjaga stok beras pemerintah tetap aman dan cukup. Namun dia berharap panen pada Maret-April mendatang berhasil.
Adapun untuk menggenjot produksi, pemerintah memutuskan menambah subsidi pupuk sebesar Rp14 triliun atau setara dengan 2,5 juta ton pupuk.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman berharap dengan subsidi ini akan mendorong peningkatan produksi sesuai yang diharapkan.
“Bapak Presiden memberi arahan bahwa pupuk ditambah Rp14 triliun, ini alhamdulillah kami sudah sampaikan kepada seluruh gubernur dan bupati se-Indonesia, ini kabar baik bagi petani kita,” ungkap Amran.
Komentar
Posting Komentar