'Benteng Terakhir' Hamas Akan Diserang Israel, PBB Cemas: Akan Perburuk Bencana Kemanusiaan - Tribunnews

 

'Benteng Terakhir' Hamas Akan Diserang Israel, PBB Cemas: Akan Perburuk Bencana Kemanusiaan - Tribunnews.com

PBB mengkhawatirkan adanya potensi serangan Israel di Kota Rafah, Jalur Gaza.

'Benteng Terakhir' Hamas Akan Diserang Israel, PBB Cemas: Akan Perburuk Bencana Kemanusiaan
Mahmud Hams / AFP
Asap mengepul selama pengeboman oleh Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 6 Februari 2024 di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas. Mahmud Hams / AFP 

TRIBUNNEWS.COM – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengkhawatirkan kemungkinan adanya operasi militer Israel di Kota RafahJalur Gaza bagian selatan.

Guterres menilai jika operasi militer benar-benar dilakukan Israel, hal itu akan memunculkan dampak buruk.

“Saya terutama cemas karena ada laporan bahwa militer Israel ingin memfokuskan hal selanjutnya di Rafah, di sana ada ribuan warga Palestina yang telah terjepit,” kata Guterres hari Rabu, (7/2/2024), dikutip dari Anadolu Agency.

Ucapan Guterres dilontarkan setelah Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada hari Senin, (5/2/2024), mengatakan target selanjutnya di Gaza ialah Rafah.

Gallant mengklaim Rafah sebagai “benteng terakhir” milik kelompok Hamas.

“Tindakan seperti itu akan memperburuk sesuatu yang sudah menjadi bencana kemanusiaan dengan dampak regional yang tidak terhitung,” kata Guterres mengungkapkan kecemasannya.

“Inilah saatnya untuk segera melakukan gencatatan senjata dan pembebasan semua sandera tanpa syarat,” ujarnya menambahkan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan pidatonya dalam debat terbuka dewan keamanan tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional di markas besar PBB di New York pada 20 November 2023.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan pidatonya dalam debat terbuka dewan keamanan tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional di markas besar PBB di New York pada 20 November 2023. (Yuki IWAMURA / AFP)

Dia menyebut situasi di Gaza kini menjadi “luka yang membusuk di dalam nurani kita” dan luka itu mengancam seluruh kawasan itu.

“Operasi militer Israel menyebabkan kehancuran dan kematian di Gaza dalam skala dan kecepatan yang tidak ada bandingannya sejak saya menjadi Sekretaris Jenderal,” kata Guterres.

Guterres turut mendukung solusi dua negara untuk mengatasi konflik antara Israel dan Palestina.

Sementara itu, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 27.500 warga Palestina dan melukai 66.978 lainnya.

Serangan itu membuat 85 persen warga Gaza menjadi pengungsi. Mereka kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Adapun 60 persen insfrastruktur di Gaza telah rusak atau hancur.

Netanyahu keras kepala

Netanyahu secara terbuka menolak usulan gencatan senjata dari Hamas.

“Menyetujui permintaan khayalan Hamas akan memunculkan pembantaian selanjutnya,” kata Netanyahu saat konferensi pers hari Rabu, (7/2/2024), dikutip dari Xinhua.

Ucapan Netanyahu itu keluar beberapa jam setelah Hamas menyodorkan syarat-syarat dalam usulan gencatan senjata yang ditengahi oleh Qatar.

Syarat itu di antaranya pertukaran warga Palestina yang ditahan dengan warga Israel yang disandera dan pembangunan kembali Gaza yang hancur karena serangan Israel.

Hamas juga ingin Israel menarik mundur seluruh pasukannya.

Kelompok itu mengusulkan rencana gencatan senjata yang terdiri atas tiga tahap. Masing-masing berlangsung selama 45 hari.

Namun, Netanyahu tetap bersikeras akan meneruskan perang hingga mendapat “kemenangan total” atas Hamas.

“Malam ini saya datang untuk memberi tahu kalian satu hal: Kita berada di jalan menuju kemenangan besar,” kata Netanyahu.

“Kemenangan sudah dekat. Bukan dalam hitungan tahun, tetapi bulan.”

Dia mengaku telah memerintahkan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) untuk bersiap menjalan operasi militer di Rafah.

Rafah sebelumnya dirancang oleh tentara Israel sebagai zona aman bagi warga Palestina. Lebih dari setengah warga Gaza mengevakuasi diri ke sana.

Pada hari yang sama Netanyahu bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken di Yerusalem.

Kepada Blinken, Netanyahu berkata bahwa setelah Hamas “dilenyapkan”, Gaza harus dimiliterisasi guna memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman keamanan bagi Israel.

“Itu artinya Israel akan tetap di Gaza,” kata Netanyahu.

Di samping itu, Netanyahu kembali meminta badan PBB yang membantu pengungsi Palestina, UNRWA, ditutup.

AS: Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan

Sementara itu, Blinken mengatakan masih ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan demi mewujudkan gencatans senjata di Gaza.

Hal itu disampaikan Blinken setelah Hamas menanggapi usulan gencatan senjata.

“Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Tetapi kami sangat berfokus melakukan pekerjaan itu, dan berharap bisa melanjutkan pembebasan sandera yang terhenti,” kata Blinken pada hari Rabu di Yerusalem saat bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog, dikutip dari Al Jazeera.

(Tribunnews/Febri)

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsiin

Opsitek