BNPT Gaungkan Narasi Inklusif dan Moderat untuk Pemilu 2024 - Beritasatu

 

BNPT Gaungkan Narasi Inklusif dan Moderat untuk Pemilu 2024

Kamis, 1 Februari 2024 | 21:34 WIB
A
BW
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Muh Irfan Idris.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Muh Irfan Idris. (Antara/HO-Humas BNPT)

Jakarta, Beritasatu.com - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Muh Irfan Idris, mengemukakan pentingnya pengerahan kontra narasi terhadap ancaman intoleransi yang sarat kepentingan politik. Menurutnya, polarisasi masyarakat merupakan tantangan terbesar Pemilu 2024, bukan hanya dalam persaingan calon atau partai politik.

ADVERTISEMENT

"Seperti halnya berhadapan dengan ombak yang menerjang, kita bisa rasakan makin bertambahnya urgensi mempublikasikan narasi inklusif dan moderat karena gelombang pemilu sudah di depan mata," kata Irfan di Jakarta, Kamis (1/2/2024).

Ia menjelaskan bahwa narasi eksklusif dan provokatif dapat menjadi pemicu perpecahan di tengah-tengah keberagaman masyarakat Indonesia.

Narasi inklusif, yang melibatkan semua lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang atau golongan tertentu, diperlukan mengingat era globalisasi dan informasi saat ini tidak lagi mengenal batasan ruang dan waktu, terutama di dunia maya.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, pentingnya sebaran narasi positif menjadi makin nyata di tahun politik. Dampak dari kontra narasi yang selama ini secara organik datang dari berbagai tokoh, terbukti dapat menciptakan narasi yang mencerahkan masyarakat dan sesuai dengan ideologi Pancasila.

"Meskipun begitu, saya menyadari bahwa masih ada kelompok yang berusaha mengganti ideologi negara dengan konsep khilafah. Yang jarang kelompok radikal pahami, sesungguhnya Indonesia telah menerapkan syariat Islam, meskipun tidak memformalkannya," ucap Irfan menegaskan.

Poin krusial dalam upaya menjaga kerukunan, kata dia, adalah selalu memberikan kontra narasi terhadap propaganda kelompok radikal.

Guru besar UIN Alauddin Makassar itu mengingatkan bahwa narasi intoleran tersebut seringkali menanamkan keraguan terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa.

BACA JUGA

Ia menekankan perbandingan antara Pancasila dan kitab suci, adalah komparasi yang tidak tepat, mengingat Indonesia mengakui enam agama yang memiliki kitab suci masing-masing. Menurutnya, hal ini bukanlah suatu perbandingan yang relevan.

"Komparasi antara Pancasila dengan kitab suci merupakan salah satu bentuk penanaman keraguan terhadap masyarakat," ujarnya.

Kitab suci, lanjut dia, bukan perbandingan yang sesuai dengan Pancasila, begitupun sebaliknya. Jika ingin membandingkan Pancasila, yang merupakan buah pikiran manusia, maka bandingkanlah Pancasila dengan ideologi negara lainnya yang juga lahir sebagai produk manusia.

Dalam konteks kontra-radikalisasi, Irfan menekankan peran Undang-Undang No 5 Tahun 2018 tentang Penanggulangan Terorisme, khususnya Pasal 43, yang membahas tentang kesiapsiagaan nasional, kontra-radikalisasi, dan deradikalisasi.

BACA JUGA

"Kontra-narasi menjadi strategi penting dalam penerapan kontra-radikalisasi, dengan fokus pada pencerahan masyarakat, pemerataan narasi inklusif, dan penguatan kembali narasi damai," paparnya.

Mengenai pandangannya terhadap polarisasi dalam kontestasi politik Pemilu 2024, Irfan menyebut agar tetap waspada ketika menggunakan media sosial. Saat ini, media sosial seperti menjadi rumah bagi penggunanya. Maka dari itu, pengguna dari media sosial harus bijak dalam menentukan muatan apa yang bisa berlabuh di halaman profilnya.

"Kita semua patut waspada bahwa kelompok radikal dan ekstrem selalu berusaha menciptakan polarisasi dalam masyarakat," katanya mengingatkan.

Lebih lanjut Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu menyampaikan, kekuatan Indonesia terletak pada terpelihara-nya perbedaan, dan perbedaan yang ada bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan atau dianggap sebagai permusuhan.

Menurut dia, mencegah narasi perpecahan dan polarisasi menjadi tugas bersama. Untuk itu, pentingnya meluruskan informasi, menjelaskan kelebihan setiap calon presiden, dibandingkan hanya sekadar mencari keburukan dari calon yang berseberangan.

BACA JUGA

Hal ini ditujukan agar tiap pendukung calon presiden manapun tidak mudah terprovokasi. Ulama dan umara (pemerintah) jelas memiliki peranan penting pada kontestasi pemilu sehingga perlu dijaga netralitasnya.

Kedua pihak, kata dia, seyogyanya menjadi teladan dalam memberikan dukungan dan memberikan penilaian yang adil terhadap semua calon.

Irfan menjelaskan bahwa BNPT melalui Direktorat Pencegahan telah melaksanakan berbagai program untuk menciptakan masyarakat yang damai. Dengan membangun komunikasi dan kontra-propaganda yang masif pada berbagai pihak, Direktorat Pencegahan berusaha menyebarluaskan narasi damai dan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam membangun persatuan.

Ia berpesan kepada generasi muda agar menjauhi narasi provokatif, dan mau berdialog dengan berbagai lapisan masyarakat.

Baca Juga

Komentar