Selamat Datang Beras Impor 1,6 Juta Ton, Pertanda Petani di Indonesia Masih Sulit - inilah

 Selamat Datang Beras Impor 1,6 Juta Ton, Pertanda Petani di Indonesia Masih Sulit


Kamis, 15 Februari 2024 - 19:47 WIB

Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Foto: Antara).

Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto menyatakan adanya rencana impor beras 1,6 juta ton beras dalam waktu cepat. Untuk memenuhi kebutuhan domestik akibat mundurnya masa panen hingga dua bulan.

“Seharusnya pada Maret-April itu sudah panen raya, sekarang mundur ke April, Mei, dan Juni, sehingga produksi menurun dan pemerintah kemarin memutuskan untuk melakukan impor,” ujar Airlangga di Jakarta, dikutip Kamis (15/2/2024).

Selain merealisasikan impor, ia menyatakan bahwa pemerintah juga meningkatkan distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari 150 ribu ton menjadi 250 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Advertisement

Untuk mempermudah distribusi, ia menuturkan bahwa paket beras SPHP dapat dikemas ulang dengan berat yang disesuaikan. “Biasanya ‘kan SPHP kiloannya 5 kilogram. Jadi, untuk beberapa wilayah silakan didistribusi dalam kiloan yang lebih besar dan di lapangan diberi kesempatan untuk melakukan pengemasan ulang dari 50 kilo atau 25 kilo menjadi 5 kilo,” ucap Airlangga.

Ia menuturkan bahwa biaya pengemasan ulang tersebut akan diganti oleh pemerintah. Diingatkan bahwa upaya ini perlu dilakukan karena situasi perekonomian global di masa mendatang masing belum membaik. “Jadi pertumbuhan ekonomi global masih akan turun,” ujarnya.

Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso menyebut, akar masalah perberasaan yang dihadapi Indonesia, adalah rendahnya produktivitas petani. Ironisnya, peran pemerintah untuk menggenjot produksi beras petani, masih minim.

"Akibatnya, tiap tahun masalahnya sama. Stok cadangan beras pemerintah di bulan tertentu mengalami penurunan. Dampaknya harga naik, beras menghilang. Mau tak mau, impor lagi. Masalah ini terus berulang dari tahun ke tahun," kata Sutarto.

Setelah menyambangi daerah sentra beras di Pulau Jawa, Sutarto menyatakan, panen raya padi, tidak seperti masa lalu. Karena banyak daerah mengalami keterlambatan tanam. "Beberapa tahun lalu, panen raya hasilnya benar-benar besar. Bisa sampai 7 juta ton. Kalau yang bulan Maret, saya tidak yakin bisa sebesar itu. Karena banyak petani di daerah  yang menunda masa tanam," kata mantan Kepala Bulog (Kabulog).

Di masa lalu, masih kata Sutarto, surplus beras dari panen saya, bisa untuk memenuhi kebutuhan selama 8-9 bulan. Kini, surplusnya hanya cukup untuk 4-5 bulan saja.

"Karena apa? Petani masih susah dapat pupuk. Sebenarnya, subsidi pupuk enggak perlu mahal-mahal. Tapi, produksinya saja digenjot. Stabilisasi harga juga perlu diwujudkan. Jangan ketika mau panen, harga gabah turun. Padahal, biaya produksinya besar," ungkap Sutarto.  

"

Topik

BERITA TERKAIT

Baca Juga

Komentar