Tak Mau Wajib Militer, Ribuan Pemuda Berusaha Tinggalkan Myanmar - Beritasatu

 

Tak Mau Wajib Militer, Ribuan Pemuda Berusaha Tinggalkan Myanmar

Sabtu, 17 Februari 2024 | 09:46 WIB
SL
SL
Tentara Myanmar bersiaga usai serangkaian bentrokan berdarah dalam beberapa pekan terakhir antara pasukan keamanan dan Tentara Arakan di negara bagian Rakhine barat.
Tentara Myanmar bersiaga usai serangkaian bentrokan berdarah dalam beberapa pekan terakhir antara pasukan keamanan dan Tentara Arakan di negara bagian Rakhine barat. (AFP/Dokumentasi)

Yangon, Beritasatu.com – Ribuan orang mengantre di Kedubes Thailand di Yangon pada Jumat (16/2/2024), rata-rata kaum muda yang berniat meninggalkan Myanmar karena tak mau ikut wajib militer yang diberlakukan junta.

ADVERTISEMENT

Diketahui, junta Myanmar pada akhir pekan lalu memberlakukan undang-undang yang mengizinkan mereka memanggil semua pria berusia 18 hingga 35 tahun dan perempuan berusia 18 hingga 27 tahun untuk bertugas setidaknya selama dua tahun di militer. 

Militer Myanmar kini mendapat perlawanan kuat dari kelompok oposisi akibat kudeta tentara pada 2021.

BACA JUGA

Junta Myanmar kini menghadapi perlawanan bersenjata yang meluas setelah merebut kekuasaan dari pemerintahan sipil hasil pemilu di awal Februari 2021. Militer Myanmar baru-baru ini mengalami serangkaian kekalahan besar dari aliansi bersenjata kelompok etnis minoritas.

Kedubes Thailand di Yangon telah dibanjiri oleh pemuda dan pemudi yang mencari visa untuk keluar dari Myanmar sejak pengumuman Sabtu lalu terkait pemberlakuan undang-undang dinas militer rakyat.

Pada Jumat kemarin, jurnalis AFP melihat antrean hingga 2.000 orang mengular di jalan-jalan di pusat kota Yangon menuju ke Kedubes Thailand. Antrean ini jauh lebih banyak dibandingkan saat pengumuman wajib militer pada Sabtu pekan lalu.

Kedutaan Thailand mengatakan pihaknya mengeluarkan 400 tiket bernomor setiap hari untuk mengatur antrean.

Seorang mahasiswa Myanmar, Aung Phyo (20) mengatakan, dia tiba di kedutaan pada hari Kamis (15/2/2024) pukul 20.00 malam dan tidur di mobilnya sebelum mulai mengantre sekitar tengah malam.

“Kami harus menunggu selama tiga jam dan polisi membuka gerbang keamanan sekitar jam 3 pagi dan kami harus berlari ke depan kedutaan untuk mencoba mendapatkan tempat untuk mendapatkan tiket,” kata Aung Phyo.

Undang-undang tersebut sebenarnya sudah dibuat oleh junta sebelumnya pada 2010, tetapi tidak pernah digunakan. Belum ada peraturan terkait undang-undang tersebut yang dibuat.

Tidak ada perincian yang diberikan tentang bagaimana mereka yang dipanggil diharapkan untuk bertugas. Karena itu banyak anak muda Myanmar tidak mau menunggu dan mencari tahu. “Saya akan pergi ke Bangkok dengan visa turis dan berharap bisa tinggal di sana untuk sementara waktu,” kata Aung Phyo.

BACA JUGA

“Saya belum memutuskan untuk bekerja atau belajar. Saya hanya ingin melarikan diri dari negara ini,” tegasnya.

Pemuda Myanmar lainnya, Kaung Kaung (22) mengatakan, semua hotel di dekat kedutaan Thailand sudah penuh dipesan oleh orang-orang yang mencoba mendapatkan visa. Dia juga ikut mengantre ke kedutaan pada pukul 02.00 dini hari.

“Ketika gerbang keamanan dibuka, kami berlari seperti lari maraton. Yang terpikir oleh saya hanyalah mendapatkan tempat di depan kedutaan dan berlari secepat yang saya bisa,” kata Kaung Kaung.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya