Beras Mahal, Warga Pati Kais Padi Sisa Panen
Pati, Beritasatu.com – Harga beras yang masih mahal membuat warga Desa Jambean Kidul, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, mengais padi sisa panen. Momen panen seperti ini memungkinkan warga mendapatkan hingga 2 kilogram gabah basah dalam sehari, yang kemudian digunakan untuk menyambung hidup.
Panen raya yang dilakukan sebagian lahan pertanian di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menjadi penantian bagi petani. Namun, tidak hanya petani yang menanti panen, tetapi juga para pengais padi sisa panen. Mereka terpaksa melakukan aktivitas ini karena harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat, termasuk beras yang masih dinilai mahal.
Dengan menyusuri persawahan yang baru saja dipanen, mereka mengumpulkan sedikit demi sedikit gabah yang tersisa setelah proses panen atau yang terlewatkan oleh mesin panen. Aktivitas ini dilakukan oleh sejumlah pengais padi dari pagi hingga sore untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Salah satu pengais itu, Mbah Saedan, selalu hadir setiap kali ada panen. Gabah yang terkumpul kemudian digiling dan dimanfaatkan sebagai makanan di rumah. Terlebih lagi, di tengah kondisi harga beras di pasaran masih tinggi.
"Kami harus mencari untuk makan, kami tidak memiliki lahan sawah. Harga beras mahal. Setiap kali ada panen, kami mencari. Orang-orang mengais di mana pun ada panen, jika memungkinkan, kami ikut mengais bersama pemilik sawah," kata Saedan, Senin (11/3/2024).
Menjadi pengais padi memberikan berkah tersendiri bagi masyarakat kelas bawah seperti Mbah Saedan. Meskipun terdengar ironis, mengumpulkan butir padi dianggap sebagai kegiatan terpuji di tengah keluhan masyarakat akan kenaikan harga beras.
Saat ini, harga beras di pasaran Kabupaten Pati masih mencapai Rp 15.500 per kilogram di tingkat pengecer, yang sudah mengalami penurunan dari pekan sebelumnya yang mencapai Rp 16.000-Rp 17.000 per kilogram.
Komentar
Posting Komentar