Biden Ingatkan Netanyahu: Serangan Darat ke Rafah adalah Kesalahan!
-
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melontarkan peringatan terhadap Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu saat keduanya berbicara via telepon pada awal pekan ini. Biden memperingatkan Netanyahu bahwa serangan darat Israel ke Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, akan menjadi "kesalahan".
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (19/3/2024), percakapan telepon antara Biden dan Netanyahu itu merupakan yang pertama kali dalam sebulan terakhir saat meningkatnya ketegangan antara kedua negara yang bersekutu itu terkait perang yang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
Gedung Putih mengungkapkan bahwa Biden dan Netanyahu membahas soal Rafah dan bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai tanda meningkatnya tekanan AS terhadap Israel ketika jumlah korban tewas di Jalur Gaza melonjak dan situasi kemanusiaan memburuk, Netanyahu menyetujui permintaan Biden untuk mengirimkan tim pejabat tinggi keamanan Tel Aviv ke Washington guna membahas rencananya di Rafah.
Namun, Netanyahu juga menegaskan kepada Biden bahwa Israel bertekad mencapai tujuan perang yakni melenyapkan Hamas, yang mendalangi serangan mematikan pada 7 Oktober tahun lalu. Situasi itu menggarisbawahi kesulitan AS dalam mempengaruhi sekutu utamanya.
Kedua pemimpin terakhir kali berbicara pada 15 Februari lalu, dengan Biden menunjukkan ketidaksabaran yang semakin besar terhadap Netanyahu, di tengah kekhawatiran bahwa penolakan dalam negeri terhadap perang di Jalur Gaza bisa merusak peluangnya kembali menjabat di Gedung Putih.
"Presiden menjelaskan mengapa dia sangat prihatin dengan prospek Israel melancarkan operasi militer besar-besaran di Rafah," ucap Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, kepada wartawan setempat pada Senin (18/3) waktu setempat.
"Operasi darat besar-besaran di sana merupakan sebuah kesalahan -- hal ini akan menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil yang tidak bersalah, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan, memperdalam anarki di Gaza, dan semakin mengisolasi Israel secara internasional," sebutnya merujuk pada peringatan yang disampaikan Biden kepada Netanyahu dalam percakapan telepon tersebut.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan juga 'Saat Pemimpin Hizbullah Sebut Joe Biden Munafik soal Gaza':
Sedikitnya 1,5 juta pengungsi Palestina kini berlindung di Rafah, dan menghindari gempuran tanpa henti militer Israel.
Selama percakapan telepon tersebut, menurut Sullivan, Biden juga meminta Netanyahu untuk mengirimkan delegasi ke AS untuk "mendengar kekhawatiran AS" mengenai rencana serangan ke Rafah dan "menyusun pendekatan alternatif" yang melibatkan serangan yang ditargetkan terhadap para pemimpin Hamas.
Disebutkan Sullivan bahwa Netanyahu "jelas mempunyai pandangan sendiri mengenai operasi Rafah", namun dia setuju untuk mengirimkan tim militer, intelijen dan pejabat yang mengurusi bantuan dalam beberapa hari ke depan.
Dalam pernyataan terpisah usai berbicara via telepon dengan Biden, Netanyahu menegaskan kembali "komitmen Israel untuk mencapai semua tujuan perang".
Tujuan itu, menurut Netanyahu, adalah melenyapkan Hamas, membebaskan semua sandera yang ditahan Hamas, dan "memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah menjadi ancaman bagi Israel".
Dia juga menunjuk pada penyediaan "bantuan kemanusiaan penting yang membantu mencapai tujuan-tujuan ini".
Sementara itu, saat ditanya soal laporan yang menyebut bahwa percakapan telepon Biden dan Netanyahu dipenuhi kemarahan dan berakhir dengan sang Presiden AS menutup telepon tiba-tiba, Sullivan mengatakan bahwa percakapan pada awal pekan ini berlangsung "seperti bisnis" dan "tidak berakhir secara tiba-tiba".
(nvc/ita)
Komentar
Posting Komentar