BRIN Ungkap Badai Squall Line Jadi Penyebab Banjir di Semarang, Berikut Penjelasannya
Jakarta, NU Online
Ahli Klimatologi Pusat Penelitian Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, mengungkapkan bahwa hujan lebat yang menjadi penyebab banjir di Semarang tak lepas dari andil bibit siklon 18S yang bergerak lambat dan memicu pembentukan badai squall line.
“Sejak awal (11 Maret) dari prediksi berbasis model skala meso yang kami kembangkan bahwa vorteks (091S) yang berubah jadi bibit siklon 18S akan cenderung bergerak lambat dengan orientasi dari barat menuju timur. Hal ini karena tekanan rendah di timur yg kini telah jadi dua vorteks (pusaran),” tulis Erma dalam akun X pribadinya, dilihat NU Online pada Jumat (16/3/2024).
Lantaran bergerak lambat, bibit siklon ini memicu banyaknya pembentukan badai squall line.
"Pergerakan yang lambat dan tidak segera menjauh menuju Australia inilah yang telah memicu propagasi hujan yang kuat dan maraknya pembentukan badai squall line pemicu hujan persisten berhari-hari bahkan intensitas hujan pun bisa ekstrem, yang disertai angin kencang," jelas Erma.
Lalu, apa itu fenomena badai squall line yang disebut-sebut sebagai salah satu pemicu banjir Semarang?
Dilansir National Weather Service (NWS) Amerika Serikat, squall line atau garis squall merupakan salah satu tipe badai yang tersusun dalam satu garis, sering kali disertai dengan badai angin kencang dan hujan lebat.
"Garis squall cenderung lewat dengan cepat dan kurang rentan menghasilkan tornado dibandingkan supercell. Panjangnya bisa ratusan mil tetapi biasanya lebarnya hanya 10 atau 20 mil," demikian keterangan NWS dalam laman resminya.
Aliran udara ke atas terus menerus terbentuk kembali di ujung depan sistem badai. Hujan mengikutinya. Aliran naik dan turun badai individu di sepanjang garis badai ini bisa menjadi sangat kuat.
"Menghasilkan rangkaian hujan es besar dan angin aliran keluar yang kuat yang bergerak cepat di depan sistem," lanjut NWS.
Lebih lanjut, Erma memperingatkan potensi banjir bandang di kawasan daerah aliran sungai (DAS) di Semarang. Menurutnya hal ini karena squall line di Semarang semakin memanjang.
“Update: terpantau squall line di Semarang yang semakin memanjang. Waspada banjir bandang, ya. Yang di sekitar DAS agar siaga evakuasi mandiri,” tulisnya.
Penjelasan BMKG
Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Giyarto menyampaikan banjir di Semarang bukan disebabkan oleh fenomena squall line.
Menurut hasil analisis Giyarto, banjir di Jawa Tengah disebabkan oleh gangguan atmosfer yang berakibat pada peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah di Jawa Tengah.
Hasil analisis BMKG menyebutkan penyebab banjir di Jawa Tengah tersebut yakni:
1. Adanya Bibit Siklon Tropis 91S yang terpantau di Samudra Hindia bagian tenggara selatan Jawa, bibit Siklon Tropis 93P terpantau di Teluk Carpentaria bagian timur laut, Australia Utara dan bibit Siklon Tropis 94S di Laut Timor selatan NTT menyebabkan adanya daerah pertemuan angin di wilayah Jawa Tengah khususnya di sekitar wilayah Pantura.
2. Pertumbuhan awan-awan konvektif
(cumulonimbus). Kelembaban udara yang cukup tinggi dan labilitas udara yang cukup labil mendukung pertumbuhan awan awan konvektif (cumulonimbus) di wilayah Pantura hingga Jateng timur.
3. MJO dan gelombang Rossby Ekuator. Aktifnya gelombang atmosfer Rossby Ekuator dan MJO berada di kuadran 4 yang mengakibatkan meningkatkan pembentukan awan konvektif di Jawa Tengah.
Wilayah Jawa Tengah berpotensi banjir
BMKG merilis potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah termasuk Jawa Tengah. Peningkatan curah hujan hingga kategori lebat pada wilayah tersebut memicu potensi dampak bencana hidrometeorologi untuk tanggal 14 - 16 Maret 2024 dengan kategori waspada yakni Jawa Tengah. Sementara potensi banjir pesisir (rob) periode 14 -18 Maret 2024 salah satunya pesisir utara Jawa Tengah.
Imbauan BMKG
BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak panik terkait dengan informasi Bibit Siklon Tropis 91S 94S, dan 93P namun tetap waspada akan kemungkinan potensi cuaca ekstrem yang ditimbulkannya.
BMKG terus melakukan pemantauan berkelanjutan secara 24/7 untuk perkembangan kondisi cuaca serta potensi pembentukan bibit siklon tropis di dekat/sekitar wilayah Indonesia. Masyarakat juga diimbau terus melakukan monitoring perkembangan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG.
Komentar
Posting Komentar