Resolusi Gencatan Senjata Gaza DK PBB Picu Ketegangan AS dan Israel
Rabu, 27 Maret 2024 | 03:05 WIB
Surya Lesmana / LES
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Rabu, 18 Oktober 2023. (AP)
New York, Beritasatu.com – Lolosnya resolusi gencaran senjata segera di Gaza yang dikeluarkan Dewan Keamanan (DK) PBB pada Senin (25/3/2024), membuat marah Israel. Kini hubungan antara negara zionis itu dengan Amerika Serikat (AS) menjadi tegang.
Dalam voting resolusi DK PBB ini, AS yang sebelumnya telah tiga kali memveto resolusi Gaza, kini malah memilih abstain. Sikap AS itu menimbulkan kemarangan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sebagai bentok protesnya, ia membatalkan rencana kunjungan diplomat tinggi Israel ke Washington.
Kondisi ini merupakan ketegangan yang paling tinggi antara AS dan Israel yang merupakan sekutu tradisional.
Netanyahu menuduh AS mundur dari posisi prinsipnya dengan membiarkan pemungutan suara disahkan tanpa mengkondisikan gencatan senjata atas pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pemerintahnya agak bingung dengan sikap Netanyahu tersebut. Dia mengatakan Israel memilih untuk menciptakan persepsi yang seharusnya tidak perlu dilakukan.
Kirby dan duta besar Amerika untuk PBB mengatakan AS abstain karena resolusi tersebut tidak mengutuk Hamas. Para pejabat AS memilih untuk abstain dibandingkan memveto usulan tersebut karena hal tersebut mencerminkan pandangan negara bahwa gencatan senjata dan pembebasan sandera harus dilakukan secara bersamaan.
Dewan yang beranggotakan 15 perwakilan memberikan suara 14-0 untuk menyetujui resolusi tersebut, yang juga menuntut pembebasan semua sandera yang disandera selama serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan. Seisi ruangan bertepuk tangan meriah setelah pemungutan suara.
AS sebelumnya memveto resolusi gencatan senjata Dewan Keamanan PBB yang lalu sebagian besar karena kegagalan untuk mengaitkan resolusi tersebut secara langsung dengan pembebasan sandera, kegagalan untuk mengutuk serangan Hamas dan lemahnya negosiasi yang sedang berlangsung.
Para pejabat Amerika berpendapat bahwa gencatan senjata dan pembebasan sandera ada kaitannya. Sementara Rusia, Tiongkok dan banyak anggota dewan lainnya lebih menyukai seruan gencatan senjata tanpa syarat.
Resolusi yang disetujui hari Senin itu menuntut pembebasan sandera tetapi tidak menjadikannya syarat gencatan senjata selama bulan Ramadan, yang berakhir pada bulan April.
Hamas menyambut baik langkah PBB namun mengatakan gencatan senjata harus bersifat permanen. “Kami mengonfirmasi kesiapan kami untuk segera terlibat dalam proses pertukaran tahanan yang mengarah pada pembebasan tahanan di kedua pihak,” kata kelompok itu.
Keputusan AS untuk abstain terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara pemerintahan Presiden Joe Biden dan Netanyahu mengenai tindakan Israel dalam perang Gaza yang dipicu tingginya jumlah korban sipil, dan terbatasnya jumlah bantuan kemanusiaan yang mencapai Gaza.
Kedua negara juga berselisih mengenai penolakan Netanyahu terhadap negara Palestina, kekerasan pemukim Yahudi terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, dan perluasan permukiman di sana.
Simak berita dan artikel lainnya di
Google News
Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp
Bagikan
Komentar
Posting Komentar