China Buka Suara, Puji Kemampuan Iran Tangani Situasi di Timteng - CNN Indonesia

 

China Buka Suara, Puji Kemampuan Iran Tangani Situasi di Timteng

Jakarta, CNN Indonesia 

--

Pemerintah China buka suara usai serangan Iran ke Israel pada Sabtu (13/4) lalu. China memuji Iran, menyebut negara itu mampu menangani situasi dengan baik.

Dilansir Reuters, China menyebut Iran mampu menghindari gejolak lebih lanjut di kawasan, sambil menjaga kedaulatan dan martabatnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam percakapan telepon, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan kepada Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian, bahwa Beijing menghargai Iran yang tidak menargetkan negara-negara regional dan tetangga.

Baru-baru ini China telah menyuarakan "keprihatinan mendalam" atas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, usai Iran meluncurkan ratusan drone dan rudal ke Israel.

"China menyerukan kepada pihak-pihak terkait untuk bersikap tenang dan menahan diri, untuk mencegah eskalasi lebih lanjut," demikian pernyataan Kemlu China.

"China juga menyerukan kepada komunitas internasional, terutama negara-negara berpengaruh, untuk memainkan perang konstruktif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan," lanjut pernyataan itu, dikutip CNN.

Meningkatnya ketegangan di Timteng juga kembali menimbulkan pertanyaan; seberapa besar pengaruh China terhadap Iran?

"Di atas kertas, China memiliki potensi pengaruh yang besar terhadap Iran," kata asisten profesor di Universitas Groningen Belanda, William Figueroa.

China telah menjadi mitra dagang terbesar Iran selama dekade terakhir, termasuk membeli 90 persen minyak Iran. Perusahaan-perusahaan China juga menyediakan peralatan keamanan kepada Iran.

Namun Figueroa menyebut pada praktiknya, sulit bagi China menggunakan pengaruh ini untuk memengaruhi sikap Iran.

Meski China sudah menjejakkan pengaruh ekonomi dan politik di Timteng, namun para pengamat menilai "mengekang Iran" dalam konflik yang sedang berlangsung bisa menjadi tugas yang sulit bagi China.

"Meskipun mereka senang berperan dalam perundingan, kenyataannya mereka tidak memiliki kekuatan koersif yang nyata di kawasan dan tetap tertarik pada inisiatif perdagangan dan diplomasi. Mereka menyadari hal ini dan tidak ingin memaksakan diri seperti yang mereka yakini telah dilakukan oleh AS," ujar Figueroa.

(dna)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya