Konflik Iran vs Israel, Pengamat Hukum Internasional Sebut Bibit Perang Dunia III

Jakarta, Beritasatu.com - Serangan Iran ke Israel dianggap serius oleh dunia internasional. Atensi publik begitu besar karena berkembangnya diskursus bahwa serangan ini dapat menjadi awal pecahnya Perang Dunia III.
ADVERTISEMENT
Diketahui, Iran menyerang Israel pada hari Sabtu (13/4) malam dengan 300 rudal dan drone. Iran menyerang Israel sebagai pembalasan atas serangan Israel ke konsulat Iran di Damaskus, Suriah. Ini merupakan serangan langsung pertama yang dilakukan oleh Iran kepada Israel setelah sebelumnya kedua negara terlibat dalam 'perang bayangan' antara satu sama lain.
Seusai melakukan aksi pembelaan dirinya dari Israel, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menyatakan aksi yang dilakukan oleh negaranya adalah aksi yang terbatas dan didasarkan dengan pembelaan diri.
Pengamat Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan serangan yang dilakukan oleh Iran bisa jadi memantik peperangan yang lebih besar. Namun, saat ini diperlukan peran dari negara-negara adidaya untuk membuat konflik yang terjadi menjadi sebuah perang dunia.
"Sebenarnya bisa dikatakan Perang Dunia III kalau ada keterlibatan dari banyak negara. Negara-negara ini berkelompok menjadi dua kekuatan besar. Jika sudah dalam posisi itu, maka dikatakan Perang Dunia III. Namun, sebelum sampai ke sana, kita harus melihat eskalasi perangnya," ucap Hikmahanto kepada Beritasatu.com, Senin (15/4/2024).
Hikmahanto melihat, saat ini baik Israel dan Iran berhati-hati untuk eskalasi konflik, karena jika Perang Dunia III benar terjadi, kemungkinan besar perang tersebut akan melibatkan perang nuklir.
"Ini adalah ketegangan yang serius dan perlu didinginkan. Yang repot itu kalau misalnya Amerika Serikat tiba-tiba mendukung Israel dan melakukan penyerangan terhadap Iran. Kalau ini terjadi, maka bukan tidak mungkin negara seperti Rusia dan Korea Utara akan ikut juga dalam perang ini. Walaupun mereka tidak sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Iran, tetapi paling tidak mereka punya alasan untuk berhadapan dengan Amerika Serikat," tambah Hikmahanto yang juga adalah rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani).
Hikmahanto menyebut setidaknya ada tiga hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi konflik Iran vs Israel.
Pertama, Indonesia meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan sidang darurat perihal masalah ini.
"Tapi kita juga tidak bisa hanya berpangku pada PBB, karena kemarin sudah ada resolusi Dewan Keamanan PBB untuk melakukan gencatan senjata Israel tapi diabaikan," ungkap Hikmahanto.
Kedua, perlu dilakukan shuttle diplomacy atau diplomasi ulang-aling. Menurut Hikmahanto, posisi politik luar negeri Indonesia yang bebas akfif membuat Indonesia strategis untuk mendamaikan pihak yang berseteru.
Ketiga, Hikmahanto juga menyebut pentingnya peran masyarakat untuk mendorong suara rakyat Israel yang tidak setuju dengan keputusan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
"Intinya agar rakyat bisa menurunkan PM Netanyahu dari kursi PM. Demikian juga partai oposisi harus melakukan hal yang sama. Karena semua ini disebabkan Benyamin Netanyahu yang menduduki kursi PM di Israel. Netanyahu ini sudah diberi tahu oleh AS tetapi masih membandel untuk melakukan gencatan senjata bahkan di bulan Ramadan dan malah diabaikan," tutup Hikmahanto.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News
Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp
0 Komentar