Masjid di New York Kewalahan Tampung Imigran Muslim saat Ramadan - CNN Indonesia

 

Masjid di New York Kewalahan Tampung Imigran Muslim saat Ramadan

Jumat, 05 Apr 2024 01:50 WIB

Masjid di New York kesulitan tampung imigran Muslim didominasi Afrika saat Ramadan. Foto: AP/Bebeto Matthews

Jakarta, CNN Indonesia 

--

Sejumlah Masjid di New York, Amerika Serikat mengaku kewalahan untuk menampung imigran Muslim pada Ramadan ini.

Mereka tengah berjuang untuk memenuhi kebutuhan di tengah meningkatnya jumlah imigran yang memenuhi berbagai masjid.

Pasalnya beberapa waktu terakhir banyak masjid di New York disinggahi oleh imigran dari negara mayoritas Muslim Afrika.

Lalu, mengapa bisa demikian?

Salah seorang pemimpin lembaga Muslim di New York mengatakan bahwa persediaan makanan serta pakaian mereka menipis.

"Kami melakukan apa yang bisa kami lakukan, tapi kami tidak bisa melakukan semuanya. Itulah intinya," ucap asisten imam Masjid Aqsa-Salam Moussa Sanogo, seperti dikutip Associated Press.

Di satu sisi, ia juga prihatin terhadap saudara sesama Muslim yang kelaparan di tengah hiruk pikuk AS.

"Saudara-saudara ini, mereka tidak cukup makan. Mereka kelaparan saat sampai di sini. Bisakah Anda bayangkan? Kelaparan. Di Amerika," tambahnya.

Seorang imam sebuah masjid di Bronx, Omar Niass mengatakan bahwa masjidnya hanya mampu untuk memberikan tempat tidur. Ia pun harus merogoh koceknya sendiri untuk dapat melakukan hal demikian.

Biaya hidup dan keperluan rumah tangga lainnya belum lama naik akibat inflasi yang diterima AS. Hal ini turut berdampak pada fasilitas publik seperti masjid yang tidak dibiayai pemerintah.

Niass juga mengatakan bahwa tagihan listrik hingga layanan airnya pun mencapai nominal yang tak bisa ia bayar. Namun, ia merasa sudah kewajiban sebagai seorang Muslim untuk membantu sesama yang mengalami kesulitan.

"Kami tetap menerima warga karena mereka tidak punya tempat tujuan. Jika mereka datang, mereka tinggal. Kami melakukan apa yang kami bisa untuk memberi makan mereka, untuk membantu mereka," ujar Niass.

Namun, banyak masjid yang memilih untuk membukakan pintunya hanya pada siang hari bagi para pencari suaka. Tak jarang dari mereka yang tidur di pinggir jalan atau bahkan di kereta bawah tanah saat malam hari.

Lonjakan imigran Afrika

Kenaikan imigran di New York pada 2022 memang menyentuh hingga 185.000. Banyak dari mereka yang berasal dari negara mayoritas Muslim di Afrika seperti Senegal, Guinea, dan Mauritania.

"Diperkirakan 275 masjid di Kota New York termasuk di antara tempat-tempat pertama yang merasakan dampak gelombang Afrika, karena masjid-masjid tersebut seringkali menjadi pemberhentian pertama para migran setelah tiba di kota tersebut," kata Assefash Makonnen seorang anggota kelompok advokasi African Communities Together.

Makonnen menilai bahwa siklus seperti ini tidak akan bertahan dalam jangka panjang. Ini karena mereka hanya mengandalkan kemurahan hati kolektif yang berdasar pada agama.

Walikota Partai Demokrat Eric Adams mendorong sebuah program untuk menyediakan dana bagi 75 masjid, gereja, dan sinagog yang bersedia menampung para imigran.

Namun, hanya enam rumah ibadah yang mampu menampung hingga 100 tempat tidur. Sedangkan sisanya, lebih dari 64.000 imigran ditampung oleh hotel dan berbagai tempat penampungan lainnya.

Salah seorang uskup dari Keuskupan Episkopal New York, Matthew Heyd mengatakan bahwa peraturan tersebut tidak masuk akal jika pemerintah hanya mengandalkan gedung-gedung tua yang digunakan sekaligus untuk beribadah.

Heyd juga menegaskan bahwa hal ini merupakan satu tantangan bagi tempat penyedia penampungan yang berbasis agama.

Masalah tersebut tentu mengkhawatirkan. Pasalnya, banyak tempat penampungan berbasis agama yang tidak sesuai dengan standar.

Bahkan, lingkungan yang ditinggali juga cenderung buruk bagi para imigran yang masih beradaptasi.

"Tinggal di sini tidaklah mudah. Itu sulit. Ini sangat, sangat sulit. Kadang-kadang mereka bertengkar, kadang-kadang mereka mendapat banyak masalah," ujar Malick Thiam seorang imigran Senegal yang tinggal di masjid milik Niass.

Meski memprihatinkan, ia tetap bersyukur bahwa masih ada orang yang peduli dengannya dan mau menampungnya.

Hingga kini, masalah imigran yang melonjak di AS kerap menjadi masalah sosial dan ekonomi. Sebab lingkungan New York yang banyak dihuni oleh tunawisma dapat mengkhawatirkan dari segala sisi, termasuk pada kenaikan angka kriminalitas.

(val/dna)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya