Pertukaran budaya pererat hubungan antara China dan Hongaria
9 Mei 2024 09:00 WIB
Budapest/Beijing (ANTARA) - Wang Yue, wakil kepala sekolah sekaligus guru bahasa Mandarin di Hungarian-Chinese Bilingual School, mengatakan bahwa surat balasan dari Presiden China Xi Jinping kepada siswa-siswi sekolah dwibahasa tersebut sangat menginspirasi para murid.
Dan kini, semakin banyak murid yang memiliki antusiasme yang lebih kuat untuk mempelajari bahasa Mandarin dan menuntut ilmu di China.
Erneszt Sandor Durand, seorang siswa kelas 12 di sekolah tersebut, telah mengunjungi banyak kota di China seperti Guangzhou, Shenzhen, dan Beijing. Seiring dengan meningkatnya signifikansi China dalam perekonomian dunia, begitu pula dengan pentingnya mempelajari bahasa Mandarin, kata Erneszt, seraya mengungkapkan rencananya untuk melanjutkan studi di universitas di Beijing kelak.
Dorina Inges, yang juga merupakan siswi sekolah tersebut, mengaku terpesona dengan budaya China. Dia dapat memainkan guzheng, alat musik senar tradisional China, dan menari tarian rakyat China.
Semakin populernya bahasa dan budaya China di kalangan masyarakat Hongaria turut berkontribusi pada perkembangan sekolah ini selama dua dekade terakhir.
Awalnya, sebagian besar murid di sekolah tersebut berasal dari keluarga Tionghoa yang tinggal dan bekerja di Hongaria. Saat ini, sekolah tersebut memiliki 12 tingkatan kelas dan 20 ruang kelas dengan lebih dari 530 murid, yang mayoritas adalah penduduk asli Hongaria.
"Sekolah dwibahasa ini jauh melebihi hubungan ekonomi, kerja sama, dan jenis hubungan tradisional lainnya," kata mantan perdana menteri Hongaria Peter Medgyessy kepada Xinhua.
"Sekolah ini pada hakikatnya mencakup kesempatan untuk menjalin hubungan antarpribadi, kesempatan bagi orang-orang untuk saling mengenal, belajar, serta memahami budaya dan peradaban satu sama lain, dan untuk merangkul semua hal itu, mendorong orang untuk terbuka, memiliki rasa ingin tahu, dan bersikap objektif dalam hal-hal ini."
Dan kini, semakin banyak murid yang memiliki antusiasme yang lebih kuat untuk mempelajari bahasa Mandarin dan menuntut ilmu di China.
Erneszt Sandor Durand, seorang siswa kelas 12 di sekolah tersebut, telah mengunjungi banyak kota di China seperti Guangzhou, Shenzhen, dan Beijing. Seiring dengan meningkatnya signifikansi China dalam perekonomian dunia, begitu pula dengan pentingnya mempelajari bahasa Mandarin, kata Erneszt, seraya mengungkapkan rencananya untuk melanjutkan studi di universitas di Beijing kelak.
Dorina Inges, yang juga merupakan siswi sekolah tersebut, mengaku terpesona dengan budaya China. Dia dapat memainkan guzheng, alat musik senar tradisional China, dan menari tarian rakyat China.
Semakin populernya bahasa dan budaya China di kalangan masyarakat Hongaria turut berkontribusi pada perkembangan sekolah ini selama dua dekade terakhir.
Awalnya, sebagian besar murid di sekolah tersebut berasal dari keluarga Tionghoa yang tinggal dan bekerja di Hongaria. Saat ini, sekolah tersebut memiliki 12 tingkatan kelas dan 20 ruang kelas dengan lebih dari 530 murid, yang mayoritas adalah penduduk asli Hongaria.
"Sekolah dwibahasa ini jauh melebihi hubungan ekonomi, kerja sama, dan jenis hubungan tradisional lainnya," kata mantan perdana menteri Hongaria Peter Medgyessy kepada Xinhua.
"Sekolah ini pada hakikatnya mencakup kesempatan untuk menjalin hubungan antarpribadi, kesempatan bagi orang-orang untuk saling mengenal, belajar, serta memahami budaya dan peradaban satu sama lain, dan untuk merangkul semua hal itu, mendorong orang untuk terbuka, memiliki rasa ingin tahu, dan bersikap objektif dalam hal-hal ini."
Guo Jiaming, mantan wakil kepala sekolah tersebut, mengatakan kepada Xinhua bahwa perkembangan sekolah itu mencerminkan momentum yang baik dalam penguatan hubungan China-Hongaria dan peningkatan pertukaran antara kedua bangsa.
Saat ini, terdapat lima Institut Konfusius di Hongaria, sementara 12 universitas di China menawarkan kesempatan untuk belajar bahasa Hongaria.
Bahasa Mandarin telah disertakan ke dalam sistem pendidikan nasional Hongaria dan menjadi salah satu mata pelajaran dalam ujian masuk universitas. Pusat-pusat kebudayaan yang didirikan oleh kedua belah pihak juga menjadi platform pertukaran budaya yang penting.
"Penting bagi hubungan kedua negara untuk memiliki orang-orang yang dapat berbicara dalam kedua bahasa dengan baik," kata Kepala Sekolah Hungarian-Chinese Bilingual School Zsuzsanna Erdelyi, seraya mengungkapkan harapannya untuk melihat lebih banyak pertukaran antarbudaya guna mendorong pemahaman dan persahabatan antara kedua bangsa.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024
Tags:
Komentar
Posting Komentar