Pasukan Ukraina Makin Jauh Serbu Rusia, Kota Sudzha 'Bau Kematian' - CNN Indonesia

 

Pasukan Ukraina Makin Jauh Serbu Rusia, Kota Sudzha 'Bau Kematian'

Jakarta, CNN Indonesia 

--

Kota Sudza di wilayah Kursk, Rusia kini begitu santer 'bau kematian'. Aroma kematian itu datang dari mayat-mayat yang membusuk di jalan dan gedung-gedung yang hancur berantakan.

Suasana semakin mencekam usai wilayah Rusia semakin jauh diserbu pasukan Ukraina pada Senin (5/8) silam. Kota Kota Sudzha pun diklaim oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berada di bawah kendali pihaknya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin memulai perang dengan Ukraina tahun lalu, ia tak menyangka akan menerima serangan balik.

CNN melaporkan jalan di kota itu tampak tenang dengan cakrawala yang sesekali dihiasi oleh asap hitam dari ledakan. Di kedua sisi, ladang-ladang yang dulunya dilindungi oleh negara itu juga tampak tenang.

Belokan menuju Sudza ditandai dengan salib Kristen Ortodoks yang sangat besar, yang bertuliskan "Tuhan selamatkan dan lindungi kami". Beberapa meter dari sana, tergeletak reruntuhan dua tank dan persenjataan lain dari pertempuran sengit beberapa hari silam.

Jalanan kota sebagian besar koson, namun bergema dengan badai yang mengamuk di sekitarnya. Tembakan senjata ringan dan artileri memecah kesunyian, namun dari kejauhan.

Militer Ukraina yang mendampingi CNN mengatakan bahwa drone penyerang Rusia yang telah merusak perbatasan Ukraina sangat aktif dalam pertempuran di perbatasan tersebut untuk mengganggu pasukan Kyiv hingga Kota Sudza.

Ketidakhadiran mereka yang mencolok, dan kekuatan udara Rusia, menunjukkan kemungkinan peningkatan kemampuan Ukraina untuk melakukan serangan mendadak tersebut. Banyaknya kendaraan lapis baja yang dipasok oleh Negara Barat di jalan-jalan menuju Rusia menunjukkan bahwa Ukraina mengerahkan sumber daya yang selama ini diklaim tidak cukup untuk menghadapi pertempuran ini.

Namun Kota Sudzha tak sepenuhnya sepi senyap. Di sebuah bangunan besar, di luar pintu masuk ruang bawah tanah, sebuah papan besar bertuliskan, "Di sini ada orang-orang yang damai di ruang bawah tanah, tidak ada militer."

Inna (68), tampak duduk di luar. Ia mengatakan kepada CNN bahwa ada sebanyak 60 warga sipil lainnya di lantai bawah.

"Mereka membawa banyak kotak, makanan mereka," katanya tentang pasukan Ukraina.

Ruang bawah tanah itu disebut adalah pemandangan menyedihkan yang telah disaksikan di puluhan kota di Ukraina selama dua tahun terakhir, dan masih sama menyedihkannya di Rusia.

Di pintu masuk tempat penampungan itu ada warga lain, Stanislav, yang mengelus janggutnya yang sudah beruban ketika ditanya bagaimana kehidupannya.

"Lihat, ini bukan kehidupan. Ini ada. Ini bukan kehidupan," ujar dia.

Di dalam gelap, di bawah tanah, ada orang-orang yang lemah, terisolasi, dan kebingungan. Seorang wanita tua, masih dengan wig dan gaun musim panas berwarna merah terang, bergoyang-goyang kecil saat ia bernyanyi.

"Dan sekarang saya tidak tahu bagaimana ini akan berakhir. Setidaknya gencatan senjata agar kami bisa hidup dengan damai. Kita tidak butuh apa-apa. Ini adalah kruk saya, saya tidak bisa berjalan. Ini sangat sulit."

Lalat-lalat berdengung di sekitar wajahnya, dalam kegelapan yang lembab.

Di kamar sebelah, lampu berkedip-kedip di atas keluarga beranggotakan enam orang. Pria itu berkata, "Seminggu. Tidak ada kabar. Kita tidak tahu apa yang terjadi di sekitar kita."

Anak laki-lakinya duduk terdiam di sebelahnya, wajahnya yang putih membatu.

Di ujung koridor, ada Yefimov yang berusia 90 tahun. Anak perempuan, keponakan, dan cucunya menikah dengan pria Ukraina dan tinggal di Ukraina, tetapi dia tidak dapat menjangkau mereka.

"Ke Ukraina," katanya, ketika ditanya ke mana dia ingin mengungsi.

"Anda adalah orang pertama yang menyebutkannya. Orang-orang membicarakannya, tetapi Anda adalah orang pertama yang datang." Gagasan untuk mengungsi akan menjadi hal yang sulit bagi banyak orang di sini di masa damai.

Di jalan di luar, Nina, 74 tahun, sedang mencari obat. Toko-toko tutup dan apotek tutup. Dia bersikeras tidak ingin pergi, dengan semangat yang sama membela haknya untuk tinggal di tempat yang selalu dia miliki seperti banyak wanita Ukraina seusianya, di kota-kota yang sama.

Tak jelas bagaimana serangan yang cepat dan mengejutkan ini akan berakhir, atau kapan pasukan Rusia tiba. Namun, mereka bisa saja terlambat untuk membalikkan Rusia yang telah memulai invasi yang seharusnya hanya memakan waktu beberapa hari pada Februari 2022.

(del/bac)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya