Awas! Ilmuwan Ungkap Bahaya Polusi Partikel Plastik di Udara yang Bisa Terhirup
-
Polusi udara kini tak hanya mengandung polutan atau bahan kimia yang berbahaya, tapi juga nano atau mikroplastik. Berbagai penelitian telah membuktikan bagaimana polusi partikel plastik yang sangat kecil di udara, masuk ke pernapasan manusia dan memberi dampak yang bahaya.
Salah satunya dilakukan oleh tim peneliti di University of Technology Sydney (UTS), yang mempelajari bagaimana partikel plastik dapat terakumulasi di dalam tubuh manusia. Bahkan, bisa mengganggu sistem pernapasan di rongga hidung hingga paru-paru.
Penelitian yang dipimpin oleh Dosen Senior Teknik Mesin UTS, Dr Suvash Saha, memanfaatkan dinamika partikel fluida komputasi (CFPD) untuk mempelajari perpindahan dan pengendapan partikel dengan berbagai ukuran dan bentuk tergantung pada laju pernapasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil pemodelan ini menunjukkan titik-titik panas dalam sistem pernapasan manusia tempat partikel plastik dapat terakumulasi di dalam tubuh manusia, termasuk rongga hidung, laring, dan paru-paru.
Partikel Plastik di Udara Membuat Manusia Rentan
Dr Saha mengatakan bahwa semakin banyak bukti yang menunjukkan dampak nano dan mikroplastik terhadap kesehatan pernapasan.
"Bukti eksperimental menunjukkan dengan kuat bahwa partikel plastik ini memperkuat kerentanan manusia terhadap spektrum gangguan paru-paru, termasuk penyakit paru obstruktif kronik, fibrosis, dispnea (sesak nafas), asma, dan pembentukan apa yang disebut nodul kaca buram," ucapnya dikutip dari situs UTS.
Ia menjelaskan, bahwa tekstil sintetis merupakan sumber utama partikel plastik di udara dalam ruangan. Sementara lingkungan luar ruangan, menghadirkan banyak sumber mulai dari aerosol yang terkontaminasi dari laut hingga partikel yang berasal dari pengolahan air limbah.
Hasil Penelitian Tim UTS
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Advances ini bertujuan untuk memberikan wawasan penting untuk mengembangkan strategi yang ditargetkan yang dapat mitigasi potensi risiko dan memastikan intervensi kesehatan yang efektif.
Menurut Dr Saha, pemodelan tim peneliti UTS telah menemukan bahwa laju pernapasan serta ukuran dan bentuk partikel menentukan di mana partikel plastik akan disimpan di sistem pernapasan.
"Laju pernapasan yang lebih cepat menyebabkan peningkatan pengendapan di saluran pernapasan bagian atas, terutama untuk mikroplastik yang lebih besar, sedangkan pernapasan yang lebih lambat memfasilitasi penetrasi dan pengendapan partikel nano plastik yang lebih kecil," paparnya.
"Bentuk partikel juga merupakan faktor lain, dimana partikel mikroplastik non-bola menunjukkan kecenderungan penetrasi lebih dalam ke paru-paru dibandingkan dengan mikroplastik berbentuk bola dan nanoplastik, sehingga berpotensi menimbulkan dampak kesehatan yang berbeda," tambahnya.
Bagi Dr Saha, penemuan ini menjadi hal yang penting, karena menyoroti pertimbangan laju pernapasan dan ukuran partikel dalam penilaian risiko kesehatan, yang terkait dengan paparan pernapasan terhadap partikel nano dan mikroplastik.
(faz/faz)
Komentar
Posting Komentar