COVID-19 Mengganas, Singapura Akui Kecepatan Varian Delta di Luar Perkiraan - detikHealth

 

COVID-19 Mengganas, Singapura Akui Kecepatan Varian Delta di Luar Perkiraan

Firdaus Anwar - detikHealth
Singapura umumkan penerapan pembatasan ketat akan mulai berlaku pada Minggu (16/5) mendatang. Warga pun ramai-ramai berbelanja kebutuhan pokok jelang lokcdown.
Virus Corona di Singapura (Foto: Getty Images/Ore Huiying)
Jakarta -

Kasus COVID-19 di Singapura terus meningkat dan mencatat rekor tertinggi. Pemerintah Singapura mengakui penyebaran COVID-19 varian Delta di luar perkiraan dan ini disebut sebagai risiko yang harus dihadapi bila ingin hidup 'damai' dengan virus Corona.

Singapura melaporkan rekor 1.939 kasus COVID-19 baru pada Minggu (26/9/2021), menandai hari keenam berturut-turut infeksi harian melampaui angka di atas seribu kasus. Sebagian besar kasus terjadi di pusat perbelanjaan dan asrama.

Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung, mengaku penyebaran varian Delta ternyata 'tidak mengikuti skenario' yang sudah disiapkan. Varian Delta disebut-sebut sebagai penyebab terjadinya lonjakan saat ini.

"Varian ini ditularkan melalui komunitas dan mendorong kasus naik lebih cepat dari yang kami perkirakan, sebelum rencana dan sistem pendukung kami diimplementasikan sepenuhnya," kata Ong dalam konferensi pers, Jumat (24/9/2021), dikutip dari Channel News Asia.

Menkes Ong mengatakan ini memang sudah jadi risiko semua negara yang ingin hidup damai dengan COVID-19. Apa yang kemudian bisa dilakukan adalah menerapkan strategi agar bagaimana sistem kesehatan tidak kolaps sampai menimbulkan banyak korban jiwa.

"Ini adalah hal yang harus dihadapi oleh semua negara dan jalan yang tidak bisa dihindari, bila kita ingin hidup dengan COVID-19 dan ingin kembali hidup normal. Jadi kita perlu mengatasi gelombang penularan ini sebaik dan seaman mungkin," ucap Ong.

Singapura diketahui mulai menerapkan rencana hidup 'damai' dengan modal cakupan vaksinasi yang sudah melampaui 80 persen populasi penduduk. Namun, karena lonjakan kasus, belakangan ini upaya pembatasan kembali diberlakukan.

Direktur eksekutif Pusat Nasional Penyakit Menular Singapura (NCID), Profesor Leo Yee Sin, mengatakan kebanyakan orang-orang yang sampai dirawat dan membutuhkan oksigen belum mendapat vaksinasi. Dari 633 pasien berusia 50 tahun yang dirawat dalam periode 28 April sampai 26 Agustus, sebanyak 38,9 persennya belum divaksinasi, 12,1 persennya baru mendapat satu dosis, dan hanya 3,7 persen dari kelompok yang sudah vaksinasi lengkap.

"Ini menunjukkan manfaat positif vaksin. Tambahannya, kita mungkin sudah bisa mendapat sebagian efek perlindungan hanya dengan satu dosis saja sebelum mendapat dosis kedua," papar Professor Leo.





Simak Video "Singapura Batal 'Damai' dengan COVID-19: Lockdown Parsial Lagi"

(fds/up)

Baca Juga

Komentar