Mengenal Mosquirix, Vaksin Malaria Pertama di Dunia yang Efektivitasnya Sekitar 30%
Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengizinkan penggunaan vaksin malaria pertama di dunia pada Rabu (6/10/2021).
Penerima vaksin tersebut adalah anak-anak di Afrika. Harapannya, cara ini akan mengekang penyebaran malaria di negara tersebut.
WHO menyetujui vaksin Mosquirix diberikan kepada anak-anak berusia 6 minggu hingga 17 bulan, agar mereka terlindungi dari parasit malaria.
Vaksin juga membantu melindungi infeksi hati dari virus hepatitis B. Tetapi Badan Obat Eropa (EMA) memperingatkan bahwa vaksin tidak boleh digunakan hanya untuk tujuan penyakit satu ini, lapor Hindustan Times.
Vaksin Mosquirix dikembangkan oleh GlaxoSmithKline pada 1987. Namun, pengembangan vaksin memiliki kekurangan, yakni membuthkan empat dosis dan perlindungannya memudar setelah beberapa bulan.
Walau begitu, vaksin tetap bisa berdampak besar terhadap kasus malaria di Afrika.
Sejak 2019, sebanyak 2,3 juta dosis Mosquirix telah diberikan kepada bayi di Ghana, Kenya, dan Malawi dalam program percontohan skala besar yang dikoordinasikan oleh WHO.
Bagaimana penggunaan vaksin Mosquirix?
Sebanyak 0,5 ml vaksin Mosquirix disuntikkan ke otot paha atau otot sekitar bahu (deltoid). Untuk anak-anak, diberikan tiga suntikan dengan jarak masing-masing satu bulan.
Suntikan keempat direkomendasikan 18 bulan pemberian dosis ketiga. Mosquirix hanya boleh diperoleh dengan resep dokter.
Bagaimana cara kerja vaksin Mosquirix?
Para ilmuwan di European Medicines Agency mengatakan zat aktif dalam Mosquirix terdiri dari protein yang ditemukan di permukaan parasit Plasmodium falciparum.
Ketika diberikan kepada anak, sistem kekebalan mengenali protein 'asing' sebagai bagian dari parasit dan membangun antibodi untuk melawannya.
Bagaimana efektivitas vaksin Mosquirix?
Nature melaporkan pada uji klinis awal efektivitas vaksin mencapai 56% dalam mencegah malaria selama satu tahun dan 36% efektif selama empat tahun.
Sementara pada uji coba fase 2, menurut NIH, tingkat kemanjuran vaksin menjadi 33 hingga 65% pada bayi dan 30 hingga 53% pada anak-anak dalam mencegah penyakit klinis.
Dalam uji coba Fase 3, kemanjuran vaksin adalah 56% pada anak-anak berusia 5 hingga 17 bulan.
Selain WHO, regulator obat Uni Eropa juga telah menyetujuinya pada 2015, mengatakan manfaatnya lebih besar daripada risikonya.
WHO mengatakan efek samping dari vaksin jarang terjadi. Tetapi umumnya dampaknya adalah demam yang menyebabkan kejang sementara.
Malaria jauh lebih mematikan daripada Covid-19 di Afrika. Penyebabnya adalah parasit plasmodium falciparum.
Menurut perkiraan WHO, malaria sudah menewaskan 386.000 orang Afrika pada 2019, dibandingkan dengan kematian akibat Covid-19 dalam 18 terakhir, yakni sebanyak 212.000 kematian.
Komentar
Posting Komentar