Ngeri World War III, China 'Turun Gunung' - CNBC Indonesia

 

Ngeri World War III, China 'Turun Gunung'

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
News
27 January 2022 16:30
In this photo provided by China's Xinhua News Agency, Chinese President and party leader Xi Jinping delivers a speech at a ceremony marking the centenary of the ruling Communist Party in Beijing, China, Thursday, July 1, 2021. China’s Communist Party is marking the 100th anniversary of its founding with speeches and grand displays intended to showcase economic progress and social stability to justify its iron grip on political power that it shows no intention of relaxing. (Li Xueren/Xinhua via AP)
Foto: Presiden dan pemimpin partai China Xi Jinping menyampaikan pidato pada upacara peringatan seratus tahun Partai Komunis yang berkuasa di Beijing, China, Kamis, 1 Juli 2021. (Li Xueren/Xinhua via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman Perang Dunia III (World War III) di depan mata. Ini seiring makin panasnya konflik Rusia dan Ukraina.

China pun 'turun gunung'. Bukan dalam arti mendukung serangan militer tapi berkomentar meminta masalah segera disudahi dan tidak berkepanjangan.

China
 buka suara mengenai eskalasi militer yang terjadi antara blok NATO pimpinan Amerika Serikat (AS) dan Rusia di wilayah Ukraina, Kamis (27/1/2022). Negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu menyebut bahwa permasalahan ini harus diselesaikan secepatnya.

Dalam sebuah panggilan telepon bersama Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken, Menlu China Wang Yi menekankan masalah keamanan yang melibatkan Rusia merupakan sesuatu yang sangat serius. Ia juga meminta AS agar tidak membesarkan dominasi militernya di sana.

"Menlu Wang mengatakan keamanan regional tidak dapat dijamin dengan memperkuat atau bahkan memperluas blok militer," tulis pernyataan Kemenlu China dikutip AFP.

Ketegangan antara NATO dan Rusia masih cukup panas di wilayah Ukraina Timur. Baik NATO maupun Rusia mengerahkan kekuatan militernya dengan jumlah yang cukup besar di wilayah yang masih mengalami konflik itu.

Eskalasi ini memuncak setelah beberapa wilayah Ukraina seperti Krimea, Donbass, dan Donetsk direbut oleh pasukan milisi separatis pro-Kremlin. Hal ini membuat Kiev meradang dan memanggil pasukan NATO untuk membantu menjaga keamanan di wilayah itu.

NATO, yang notabenenya rival pertahanan Rusia di kawasan Eropa, merespon hal ini dengan menerjunkan armada tempurnya ke sekitar wilayah itu. Salah satunya adalah kapal perang canggih yang diturunkan AS, Inggris, dan Belanda.

Hal ini pun mengundang reaksi keras dari Rusia yang menolak kehadiran angkatan bersenjata NATO. Moskow pun melakukan mobilisasi pasukan besar-besaran ke sekitar wilayah negara yang disebut sebagai Keranjang Roti Eropa itu.

Sejauh ini, arah dari panasnya hubungan antara negara-negara tersebut belum berujung pada sebuah kepastian. Terbaru, dilaporkan Moskow dan Kiev mengatakan akan mematuhi gencatan senjata di perbatasan. Meski begitu, ancaman serangan bersenjata ke depan belum disinggung secara pasti.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya