Temui Putin, Macron Upayakan Cegah Operasi Militer Rusia ke Ukraina - Kompas dunia

 

Temui Putin, Macron Upayakan Cegah Operasi Militer Rusia ke Ukraina

Kompas dunia | 7 Februari 2022 | 05:11 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron akan pergi ke Moskow untuk menemui Vladimir Putin pada hari Senin, (7/2/2022) demi mencegah operasi militer Rusia ke Ukraina. (Sumber: Ludovic Marin/ Pool via AP)

PARIS, KOMPAS.TV - Presiden Prancis Emmanuel Macron optimis dia dapat menurunkan eskalasi ketegangan di Ukraina ketika dia melakukan perjalanan ke Moskow untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Senin (7/2/2022). 

Dalam sebuah wawancara dengan Journal du Dimanche sebelum keberangkatannya, Macron mengatakan akan berdialog dengan Putin untuk mencegah operasi militer Rusia di Ukraina. 

“Intensitas dialog yang kami lakukan dengan Rusia dan kunjungan ke Moskow ini kemungkinan akan mencegah (operasi militer) terjadi. Kemudian kami akan membahas ketentuan de-eskalasi,” kata Macron kepada JDD dikutip dari Politica

“Saya selalu berdialog mendalam dengan Presiden Putin dan tanggung jawab kami adalah membangun solusi bersejarah.”

Putin saat ini telah mengumpulkan sekitar 130.000 tentara di perbatasan Ukraina di dalam Rusia dan Belarusia yang memicu kekhawatiran invasi akan segera terjadi.

Namun, Macron berpendapat bahwa penaklukan Ukraina bukanlah tujuan akhir Putin. 

"Tujuan geopolitik Rusia hari ini jelas bukan Ukraina, tetapi untuk memperjelas aturan hidup bersama dengan NATO dan UE," ujar Macron. 

Rusia membuat banyak tuntutan terhadap NATO termasuk komitmen untuk tidak memperluas wilayah mereka, terutama ke arah timur ke Ukraina, dan untuk menjaga infrastruktur militernya seperti pada tahun 1997. 

Banyak anggota NATO mengabaikan daftar keinginan Rusia itu, dan negara-negara termasuk AS, Inggris, Polandia dan Turki justru mempersenjatai Kyiv dalam upaya untuk mencegah Putin melintasi perbatasan.

Macron, bagaimanapun, mengatakan Rusia memiliki haknya untuk berusaha menegosiasikan jaminan keamanan.

“Keamanan dan kedaulatan Ukraina atau negara Eropa lainnya tidak dapat menjadi subjek kompromi, sementara itu juga sah bagi Rusia untuk mengajukan pertanyaan tentang keamanannya sendiri," kata Macron. 

“Kami harus sangat realistis. Kami tidak akan mendapatkan langkah sepihak, tetapi penting untuk menghindari memburuknya situasi sebelum membangun mekanisme dan sikap saling percaya."

“Kita harus melindungi saudara-saudara kita di Eropa dengan mengusulkan keseimbangan baru yang mampu menjaga kedaulatan dan perdamaian mereka." 

"Ini harus dilakukan sambil menghormati Rusia dan memahami trauma kontemporer dari orang-orang hebat dan bangsa besar ini,” kata orang nomor satu di Prancis itu. 

Setelah bertemu Putin pada hari Senin, Macron akan melakukan perjalanan ke Kyiv pada hari berikutnya untuk berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.

Kunjungan kepala negara Prancis itu dilakukan ketika Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyebut pengerahan militer Rusia sebagai yang "terbesar sejak Perang Dingin." 

Awal pekan ini, Joe Biden juga telah memerintahkan pengerahan sekitar 3.000 tentara AS ke Polandia, Jerman dan Rumania.

Sejak Macron terpilih pada 2017, ia terus berdialog dengan Putin—meskipun kampanye presiden pertamanya dilaporkan ditargetkan oleh peretas yang didukung Rusia. 

Strategi yang dilakukan Macron pun belum mampu menghasilkan terobosan strategis. 

Menjelang perjalanan hari Senin, presiden Prancis dan mitranya dari Rusia telah berbicara di telepon beberapa kali dalam beberapa hari terakhir, dan Putin mengeluh bahwa negara-negara Barat telah menolak untuk mendengarkan tuntutan inti Rusia. 

Baca Juga

Komentar