Harga Minyak Dunia Terbang, Sehari Naik 5%!
28 February 2022 13:45
Foto: CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia melambung pada perdagangan jelang siang hari ini di tengah meningkatnya sanksi terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina. Di sisi lain, Presiden Vladimir Putin merespon dengan menempatkan penangkal nuklir negaranya dalam siaga tinggi.
Pada Senin (28/2/2022) pukul 10.40 WIB harga minyak mentah jenis brent tercatat US$ 102,03/barel, melonjak 4,19% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Sementara minyak mentah jenis light sweet (WTI) tercatat US$ 96,4, melesat 5,25% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Akibat invasi ke Ukraina, sanksi dari berbagai negara menimpa Rusia salah satunya dengan upaya untuk menendang Rusia dari jejaring informasi perbankan internasional yang dikenal sebagai SWIFT.
SWIFT atau Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication adalah semacam platform jejaring sosial bagi bank. Lewat SWIFT bank-bank di dunia yang tergabung di dalamnya dapat bertukar informasi tentang pergerakan uang. SWIFT kini sudah mengkoneksikan lebih dari 11 ribu institusi keuangan di lebih dari 200 negara sehingga transaksi keuangan antar negara dapat dilaksanakan.
Upaya untuk menendang Rusia dari SWIFT layaknya memotong akses internet seseorang sehingga dalam kasus Rusia, bank-banknya akan sulit mengakses ke pasar keuangan global.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Zachariadis seorang professor teknologi keuangan dan sistem informasi di Universitas Manchaster.
Alexandra Vacroux Direktur Eksekutif di Davis Center for Russian and Eurasian Studies di Harvard University mengatakan bahwa Rusia sangat bergantung pada ekspor migas dalam transaksi keuangan internasionalnya.
Sehingga dengan "menendang" Rusia dari SWIFT akan berdampak pada sulitnya ekspor migas dari Rusia ke dunia dan selama ini pendapatan negara Rusia berasal dari ekspor migas. Oleh sebab itu akan semakin sulit juga pemerintahnya untuk mendanai anggaran jika ekspor migas drop.
"Langkah AS dan Eropa untuk menghapus bank-bank Rusia tertentu dari sistem SWIFT telah menimbulkan kekhawatiran gangguan pasokan dalam waktu dekat," kata ahli strategi komoditas ANZ Daniel Hynes.
"Risiko untuk memasok adalah yang terbesar yang telah kami lihat selama beberapa waktu dan itu datang di pasar yang ketat," katanya.
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pertahanan nuklirnya untuk bersiaga tinggi, Minggu (27/2/2022) waktu setempat. Ini terjadi akibat meningkatnya reaksi global terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
Putin bahkan menyebut langkah-langkah Barat "tidak bersahabat" terhadap negerinya. Ini semakin menimbulkan kekhawatiran global.
"Keputusan Presiden Putin untuk menempatkan pasukan nuklir Rusia dalam siaga tinggi adalah eskalasi yang jelas dan mengkhawatirkan yang hanya dapat mendukung harga minyak," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.
Sebagai informasi, Russia merupakan salah satu produsen minyak dan gas global. Untuk diketahui produksi minyak Russia mencapai 10,5 juta barel per hari (bph) atau setara dengan 11% dari total output global. Sehingga ketika produksi dari Rusia berkurang maka risiko kelangkaan pasokan meningkat. Hal ini membuat harga minyak mentah kemudian melesat.
Saksikan video di bawah ini:
Khawatir Efek Perang Rusia, Harga Minyak Tembus USD 100/barel
(ras/ras)
SHARE :
0 Komentar