Ukraina Minggir Dulu, Rusia Bidik 9 Target Baru Buat Diserang
CNBC Indonesia3-4 minutesNews
Rabu, 13/07/2022 06:30 WIB
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang yang dikobarkan oleh Rusia di Ukraina terus meluas secara tidak langsung. Sejumlah negara ikut terdampak gara-gara konflik yang melibatkan dua negara bekas Uni Soviet tersebut.
Tak hanya ke Ukraina, Rusia bahkan terus memperluas serangannya. Namun, bukan serangan militer secara langsung, tetapi serangan siber.
Terbaru, kelompok peretas Killnet telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap Pemerintah Polandia. Kelompok pro-Rusia, yang telah aktif sejak Maret tahun ini, menyatakan perang terhadap 10 negara, termasuk Polandia, Jerman, dan Inggris.
Dengan demikian, ada 9 negara lagi yang rencananya diretas oleh kelompok tersebut. Ini merupakan serangan lanjutan setelah kelompok tersebut menyerang Lithuania selama 2 minggu terakhir.
Ini terjadi ketika kelompok itu mendatangkan malapetaka di Lithuania selama dua minggu terakhir, membombardir situs pemerintah dan bisnis dengan serangan distributed denial-of-service (DDOS). Serangan semacam itu berusaha membanjiri situs yang ditargetkan dengan lalu lintas internet, yang mengakibatkan situs tersebut ambruk.
Adapun, serangan-serangan ini sebagai tanggapan terhadap negara yang memblokir pengangkutan barang, seperti batu bara dan logam, bergerak melintasi wilayahnya ke Rusia.
Jonas Sakrdinskas, Direktur Pusat Keamanan Siber Nasional Lithuania mengatakan serangan ini terjadi secara terus menerus dan tersebar luas di semua sektor negara.
"Biasanya serangan DDoS terkonsentrasi pada satu atau dua target dan menghasilkan lalu lintas (traffic) yang sangat besar," katanya, dikutip dari Express, Rabu(13/7/2022).
Menurut pemerintah Lithuania, lebih dari 130 situs web di sektor publik dan swasta telah diserang. Namun, serangan Killnet di Lithuania sedikit mereda pada awal Juli seiring dengan adanya target baru seperti Polandia.
Sejak awal serangan Rusia ke Ukraina, Polandia sangat menentang Moskow, menyerukan Uni Eropa untuk mengakhiri ketergantungannya pada minyak dan gas Rusia.
Pada April, raksasa gas Rusia, Gazprom, memotong pasokan gas Polandia karena menolak membayar dalam rubel. Negara ini juga telah menampung lebih dari tiga juta pengungsi Ukraina sejak awal perang.
Bulan lalu, Oleg Tyapkin, Kepala Departemen Kementerian Luar Negeri yang bertanggung jawab atas hubungan Rusia dengan Eropa memperingatkan bahwa Rusia akan membalas Polandia sebagai respons atas berkumpulnya pasukan NATO di wilayah tersebut.
"Tanggapan, seperti biasa, akan proporsional dan tepat, dimaksudkan untuk menetralisir potensi ancaman terhadap keamanan Federasi Rusia," katanya.
(luc/luc)
0 Komentar