Alasan Tak Pakai Iket di Pengadilan Agama, Dedi Mulyadi: Saya Kehilangan Segalanya - inews

Alasan Tak Pakai Iket di Pengadilan Agama, Dedi Mulyadi: Saya Kehilangan Segalanya

Alasan Tak Pakai Iket di Pengadilan Agama, Dedi Mulyadi: Saya Kehilangan Segalanya
Dedi Mulyadi saat hadir di PA Purwakarta. (FOTO: iNews/IRWAN)

PURWAKARTA, iNews.id - Dedi Mulyadi, tampil tak biasa saat menghadir sidang gugatan cerai di Pengadilan Agama (PA) Purwakarta, Jalan Ir H Juanda, Kabupaten Purwakarta, Kamis (27/10/2022). Kang Dedi tampil kasual dengan kemeja lengan panjang warna biru dongker, dipadu celana jins, tanpa iket atau ikat kepala warna putih khas Sunda, ciri khasnya.

Penampilan Kang Dedi yang tak seperti biasanya itu membuat banyak netizen atau warganet penasaran. Mereka menduga ada sesuatu di balik penampilan Kang Dedi saat menghadiri sidang gugatan cerai yang dilayangkan istirnya, Anne Ratna Mustika itu. Sebab selama ini, Kang Dedi identik dengan iket warna putih.

"Banyak yang nanya saya ke pengadilan agama kok gak pakai iket? Ini harus dijelasin," kata Kang Dedi dalam keterangan tertulis yang diterima iNews.id, Senin (31/10/2022).

Kang Dedi menyatakan, ada filosofi Sunda 'cing caringcing pageuh kancingset saringset pageuh iket'. Kalimat cing caringcing pageuh kancing memiliki arti dalam Bahasa Indonesia berarti mengikat kancing dengan kencang.

Kancing di sini, ujar Kang Dedi, melambangkan feminim yang mendominasi sifat perempuan. Sehingga wanita Sunda selalu memakai kancing dengan kencang hingga bagian atas dada untuk menjaga kehormatannya.

"Sehingga perempuan Sunda itu kekuatannya di rasa dan hati. Dari kekuatan hati ini melahirkan produktivitas," ujar Kang Dedi.

Pria yang menjabat Wakil Ketua Komisi IV DPR  ini menyontohkan, perempuan pandai memasak tanpa takaran dan selalu enak. Bahkan masakan seorang ibu kerap menjadi makanan terenak di seluruh dunia bagi anak-anaknya.

Tidak hanya soal masakan, dalam pengelolaan ekonomi keluarga juga perempuan akan melakukannya dengan hati. Contohnya ibu kandung Kang Dedi yang berhasil membuat sembilan anaknya menjadi sarjana tanpa menjual barang atau menggadaikan sawah. Padahal saat itu mereka hidup sangat sederhana.

"Maka kekuatan itu lahir dari hati, kekuatan perempuan Sunda terletak pada hatinya. Kalau hatinya lembut, selalu menerima, sabar, pandai bersyukur, jangankan laki-lakinya baik, laki-lakinya bandel saja mampu diredam," tutur Kang Dedi.

Sementara arti set saringset pageuh iket adalah memakai iket atau ikat kepala khas Sunda dengan kencang. Iket tersebut diikat dengan kencang agar isi kepala bisa fokus sekaligus sebagai lambang kehormatan dan kepemimpinan.

Maka sejak menjabat sebagai Wakil Bupati Purwakarta pada 2003, Kang Dedi sudah mulai memakai iket. Hal tersebut terjadi begitu saja, alamiah dan tanpa ada orang yang menyuruh atau memaksanya.

Soal kenapa tidak pakai iket ke PA, Kang Dedi ternyata punya jawabannya. Bagi Kang Dedi, tempat itu bukanlah yang melambangkan kehormatan diri. Tempat itu bukan lagi tempat yang melambangkan maskulinitas. 

"Dengan saya datang ke situ (pengadilan agama) bukan seorang pemimpin lagi, saya orang yang sudah tak memiliki mahkota. Saya menjadi orang yang bukan lagi pemimpin. Saya menjadi orang yang kehilangan segalanya. Untuk itu harus menerima sikap apa pun, karena saya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Saya harus menerima semua itu dengan baik," tuturnya.

Selain itu, isu yang kini menjadi buah bibir netizen adalah soal Kang Dedi yang dianggap tidak pernah ada di rumah sehingga istri, Anne Ratna Mustika melayangkan gugatan cerai, Kang Dedi mengatakan, saat menjadi Wakil Bupati ia berkeliling ke setiap pelosok agar dekat dengan masyarakat dan namanya semakin dikenal.

Berawal dari itu lah, dia kemudian pada periode selanjutnya terpilih menjadi Bupati Purwakarta pada usia 35 tahun mengalahkan petahana dan tokoh lain. Sebagai sosok yang relatif muda, dia berhasil menang tanpa menyisakan utang.

Setelah terpilih, Kang Dedi terus bekerja dan berkeliling membangun desa dengan penuh kesungguhan. Di periode selanjutnya kerja keras itu kembali mengantarkannya menjadi Bupati Purwakarta periode kedua.

Karena kerap berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia khususnya di Jawa Barat, dia memiliki hubungan emosional yang semakin luas dengan masyarakat. "Apa hikmah dari kerja keras saya menjadi bupati dan dipercaya oleh masyarakat? Istri terpilih jadi bupati," ucap Kang Dedi.

Menurut dia, hal tersebut tak lepas dari kepercayaan publik yang masih tinggi kepada dirinya. Saat itu, masyarakat masih berharap dengan terpilihnya Anne Ratna Mustika sebagai Bupati Purwakarta, masih ada tangan dingin Kang Dedi dalam membangun daerah. 

Masyarakat masih berharap Anne terpilih tetap bisa dekat dan berkomunikasi dengan Kang Dedi. "Terus setelah saya terpilih sebagai anggota DPR, saya ngapain coba? Saya kan tinggal di rumah, ngurus Nyi Hyang setiap hari gak ke mana-mana, pergi kantor pulang ke rumah ngurus Nyi Hyang," ujarnya.

"Jadi setelah saya tidak menjabat sebagai bupati, saya banyak diam di rumah bersama Nyi Hyang. Yang paling total tidak ke mana-mana hanya di rumah itu sampai Nyi Hyang umur 1,5 tahun," pungkas Kang Dedi Mulyadi.

Editor : Agus Warsudi

Bagikan Artikel:
line sharing button

Baca Juga

Komentar